METODE ANALISIS REGRESI
Regresi
linier bertujuan untuk menjelaskan pengaruh sejumlah variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas. Esensi estimasi model
regresi adalah mengetahui koefisien regresi dan arah parameter variabel
bebasnya. Koefisien regresi menunjukkan besar pengaruh variabel dependen terhadap
variabel independen. Variabel dependen bisa berupa permintaan produk, produksi,
return atau lainnya.
Konsep elastisitas banyak digunakan dalam aplikasi ekonomi. Elastisitas
yang diperoleh dari perhitungan regresi digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan perusahaan.
1. DISTRIBUSI
NORMAL
Untuk menentukan nilai estimasi elastisitas ini memerlukan
sejumlah pengamatan (sampel) dari populasi. Apabila sampel yang diambil cukup
banyak maka distribusi sampel tersebut
akan menyebar normal. (Argumen penting ini merupakan esensi dari central limit theorem yang dijelaskan
kemudian dalam modul ini). Dengan mengetahui distribusi sampel dan nilai
estimasi rata-rata dapat diketahui bahwa nilai rata-rata akan berada pada
kisaran tertentu dengan peluang tertentu. Cerita ini menunjukkan bahwa dalam
estimasi konsep distribusi sampel menjadi penting, terutama distribusi normal.
1.
Simpangan Baku
Coba saudara perhatikan penjual gula pasir di pasar. Dari 1
karung gula pasir seberat 50 kg dimasukkan kedalam 50 kantong plastik. Gula pasir ditimbang secara cepat
masing-masing seberat 1 kg kemudian dimasukkan kantong plastik. Apakah gula
pasir dalam setiap kantong plastik tepat
seberat 1kg? Tentu saja tidak, bila gula dalam setiap kantong plastik ditimbang
ulang dengan timbangan yang lebih teliti, misalkan timbangan elektronik maka
akan tampak kelebihan dan kekurangan beberapa gram, bahkan 1 ons. Kelebihan dan
kekurangan berat gula merupakan simpangan/deviasi.
Jumlah kantong gula seberat 9 ons atau 11 ons sangat sedikit, yang terbanyak
adalah kantong yang beberapa gram menedekati 1 kg.
Misalnya, variabel x
menyebar normal. Artinya, peluang nilai x muncul digambarkan secara kontinu
seperti pada Gambar 4.1.
Ciri-ciri dari distribusi normal adalah sebagai berikut.
1. Variabel x bisa terdeviasi negatif maupun positif
dari rata-ratanya denganA
peluang yang relatif sama. Distribusi normal bersifat simetris, tidak menceng (skewed).
2. Nilai tengah
(median) variabel x sama dengan
rata-ratanya.
3. Peluang nilai
ekstrim kiri dan nilai ekstrim kanan amat kecil.
4. Distribusi normal
mempunyai dua parameter, yaitu rata-rata dan simpangan baku. Distribusi normal bisa di spesifikasi dengan nilai rata-rata
dan simpangan bakunya.
5. Tentu saja luas
area di bawah kurva distribusi normal sama dengan satu. Luasan ini mencerminkan jumlah peluang dari
semua nilai variabel.
Formula untuk menghitung rata-rata x adalah:
Artinya, jumlahkan semua data,
kemudian dibagi dengan jumlah data.
Formula untuk menghitung variansi x adalah:
Artinya, masing-masing data dikurangi dengan rata-ratanya
(sama dengan simpangan), kuadratkan, jumlahkan, kemudian hasilnya bagi dengan
jumlah data.
Distribusi normal mempunyai dua parameter, yaitu rata-rata
dan simpangan baku, artinya bahwa nilai peluang untuk semua nilai variabel x
bisa dihitung apabila kedua parameter tersebut diketahui. Fungsi peluang
menggambarkan hubungan nilai variabel (x)
dengan nilai peluangnya f(x). Formula dari fungsi distribusi normal adalah:
exp (x) : bilangan e pangkat x
Apabila nilai rata-rata dan simpangan
baku diketahui,
nilai peluang x ,
f(x) bisa diketahui. Pada saat nilai
variabel x sama dengan rata-ratanya, , nilai peluang sama dengan:
Nilai peluang tersebut masih bergantung pada nilai simpangan
baku. Hal yang menarik adalah bahwa
apabila semakin besar nilai simpangan baku, semakin kecil peluang nilai
variabel sama dengan rata-ratanya. Implikasinya, semakin besar nilai simpangan
baku sebaran normal, peluang nilai x yang jauh dari rata-ratanya relatif besar
atau buntutnya semakin tebal (fat tail).
Distribusi 2 pada Gambar 4.2 adalah distribusi dengan buntut tebal. Artinya,
peluang ekstrim relatif besar.
Untuk menghitung peluang nilai variabel yang menyebar normal
bisa menggunakan fungsi normal. Penghitungan peluang variabel normal menjadi
mudah dengan melakukan transformasi normal baku. Transformasi normal baku
adalah:
Dalam hal ini, setiap nilai x
mempunyai padanan satu nilai z. Apabila x
sama dengan rata-ratanya, maka nilai padanan z-nya sama dengan nol.
Transformasi z
membuat distribusi x mempunyai
rata-rata (nilai tengah) sama dengan nol dan simpangan bakunya sama dengan
satu.
Catatan:
Simpangan baku sebuah variabel dikurangi konstanta sama dengan
simpangan baku variabel tersebut,
Dengan
mentransformasikan x menjadi variabel
normal baku, artinya nilai variabel x
dibakukan tanpa mengubah nilai peluangnya. Transformasi ini memudahkan untuk
penghitungan peluang x. Penghitungan x secara langsung tidak efisien. Dengan
membuat tabel z yang memuat
nilai-nilai peluang z, penghitungan
semua variabel dengan distribusi normal menjadi mudah, yaitu dengan melakukan
transformasi normal baku.
Fungsi distribusi normal baku
Transformasi normal baku adalah
Contoh:
Misalkan, x adalah keuntungan saham
Nilai z dari x sama dengan 10% adalah
Peluang x sama dengan
0,1 sama dengan peluang z sama dengan
0,5. Ingat bahwa fungsi distribusi x dan z berbeda dalam rata-rata dan simpangan bakunya.
Notasi x tersebar normal
dengan rata-rata dan simpangan
baku adalah:
Notasi z menyebar normal dengan rata-rata 0 dan simpangan baku
1 adalah:
Dari Gambar 4.2, beberapa nilai peluang untuk beberapa
kisaran nilai z bisa diketahui. Peluang
nilai z dari negatif tak terhingga
hingga positif tak terhingga sama dengan satu. Peluang z kurang dari 0 adalah 0. Peluang z kurang dari -1,96 adalah 2,5%. Peluang z jatuh di antara -1,96 dan +1,96 adalah 95%. Peluang z
lebih dari -1,96 adalah 97,5%.
2. Central Limit Theorem
Misalkan, variabel x
menyebar sembarang. Rata-rata dari x menyebar normal. Rata-rata x yang menyebar normal ini bisa
ditransformasikan menjadi distribusi normal baku. Dengan demikian, peluang
semua nilai rata-rata x bisa
dihitung. Argumen ini merupakan implikasi dari teori limit pusat (central limit theorem). Teori limit
pusat menyatakan bahwa sebaran dari rata-rata variabel dari jenis distribusi
apa saja konvergen pada sebaran normal.
Semakin banyak jumlah observasi (n), semakin konvergen rata-rata ke sebaran
normal. Teori ini tidak bisa dilupakan
dalam estimasi. Teori limit pusat bisa ditampilkan sebagai berikut:
dibaca rata-rata x
menyebar normal dengan rata-rata dan varians , di mana adalah varians x.
Nilai estimasi
selalu berdasarkan pada nilai rata-rata (nilai harapan atau expected value). Distribusi rata-rata
konvergen pada sebaran normal. Dengan demikian nilai peluang dari rata-rata
bisa diketahui dengan relatif mudah.
Apabila jumlah
amatan cukup banyak, rata-rata akan semakin konvergen pada distribusi normal.
Untuk jumlah amatan relatif sedikit, ekor sebaran rata-ratanya akan menebal.
Dalam hal ini, distribusi baku yang mengakomodasi sedikit pengamatan (buntut
tebal) adalah distribusi t.
Distribusi t ini tentu saja konvergen pada distribusi z bila jumlah amatan (n)
semakin banyak. Sebagai panduan, bila jumlah amatan kurang dari sedikit (30)
transformasi rata-rata mengikuti distribusi t. Apabila jumlah amatan banyak
(lebih dari 30), transformasi rata-rata menyebar normal menyebar normal baku.
Namun, t konvergen pada jumlah amatan banyak. Oleh karena itu, dalam pengujian
biasanya hanya mengandalkan tabel t.
3. Parameter
dan Statistik
Tinggi orang kota A adalah variabel, misalnya dinotasikan
dengan x. Jumlah orang di kota A adalah
10 juta. Ukuran populasi tinggi orang kota A adalah 10 juta. Misalnya, setelah
diukur semua tinggi orang kota A, rata-ratanya adalah 160 cm. Rata-rata
populasi tinggi badan orang kota A yang dengan notasi adalah 160.
Deviasi standar tinggi badan orang kota A yang dihitung dengan menggunakan
semua anggota populasi (10 juta amatan), menghasilkan 10 cm. Deviasi standar
populasi x dinotasikan dengan . Apabila x
menyebar normal, distribusi x bisa di
spesifikasi bila nilai rata-rata populasi x dan deviasi standar populasi x
diketahui. Rata-rata dan deviasi standar populasi x disebut parameter
distribusi populasi x. Nilai parameter dihitung dari semua anggota populasi.
Jadi, parameter adalah angka yang mencirikan populasi. Parameter dari populasi
x yang menyebar normal adalah rata-rata dan deviasi standar yang nilainya
masing-masing adalah 160 cm dan 10 cm.
Untuk menghitung nilai parameter memerlukan amatan dari
semua anggota populasi. Tentu saja untuk mengetahui nilai parameter adalah amat
mahal. Ongkos untuk mengetahui nilai parameter tidak sebanding dengan kegunaan
informasi dari nilai parameter tersebut. Dalam kondisi ini, estimasi
(pendugaan) terhadap nilai parameter menjadi relevan.
Untuk melakukan pendugaan terhadap nilai parameter
memerlukan sampel (contoh) yang mewakili (representatif) populasi. Tentu saja
semakin banyak pengamatan dalam sampel (ukuran sampel), sampel semakin mewakili
populasi. Namun, penjual soto tidak pernah mencicipi rasa kuah sotonya sebanyak
satu mangkok. Setelah diaduk-aduk, rasa kuah soto menyebar seragam. Rasa kuah yang di dasar panci sama dengan
rasa kuah yang ada di permukaan. Sampel seperempat satu cc kuah soto sudah
mewakili populasi rasa soto yang berukuran 100 liter. Apabila populasi relatif
homogen atau deviasi standarnya kecil, sampel ukuran kecil sudah mewakili
populasi. Sebaliknya, untuk populasi yang relatif heterogen atau deviasi
standarnya besar, ukuran sampel kecil tidak mewakili populasi.
Misalkan, sampel dengan ukuran 1000 dianggap mewakili
populasi dengan ukuran 10 juta.
Rata-rata sampel adalah 158. Deviasi standar sampel adalah 12. Notasi
rata-rata dan deviasi standar yang dihitung dari sampel masing-masing adalah atau dan atau . Rata-rata dan deviasi standar yang dihitung dari
anggota sampel disebut statistik (statistic).
Notasi statistik berbeda dengan notasi parameter.
Rata-rata sampel menjadi penduga rata-rata populasi. Deviasi
standar sampel menjadi penduga deviasi standar populasi. Formula deviasi
standar adalah akar dari varians.
Formula varians adalah:
formula deviasi standar adalah:
.
Perhatikan bahwa untuk menghitung varians x dari sampelnya, penyebutnya adalah n-1, bukan n. Untuk
menghitung varians memerlukan rata-rata yang harus dihitung dari sampel dengan
ukuran n, n menunjukkan degrees of
freedom awal. Penghitungan rata-rata sampel ini mengurangi degrees of freedom sebanyak satu.
Perhatikan bahwa simpangan data dalam sampel dihitung dari rata-rata sampel bukan rata-rata
populasi . Teori statistika menyatakan bahwa setiap menghitung
sebuah statistik (misalnya rata-rata) derajat bebas (degrees of freedom) berkurang satu. Oleh karena itu, pembagi jumlah
kuadrat simpangan dalam formula statistik varians adalah ukuran sampel
dikurangi satu (n – 1). Dalam formula rata-rata populasi, pembagi jumlah
kuadrat adalah ukuran populasi karena rata-rata diasumsikan sudah diketahui,
tanpa harus menghitungnya.
Untuk menghitung statistik rata-rata, tidak diperlukan nilai
statistik lainnya seperti pada penghitungan statistik varians yang memerlukan
statistik rata-rata. Oleh karena itu, pembagi dari formula statistik rata-rata
adalah ukuran sampel (n). Pada dasarnya nilai statistik dihitung dengan
menggunakan semua anggota sampel (amatan/observasi). Setiap penghitungan sebuah
statistik, derajat bebas yang ada berkurang satu. Argumen ini dipergunakan dalam menentukan
derajat bebas dalam analisis regresi. Untuk mengestimasi koefisien sebuah
variabel bebas (variabel independen) memerlukan sebuah derajat bebas.
4. korelasi
Apabila nilai variabel x
naik, nilai variabel y juga naik
dikatakan bahwa variabel x dan y berkorelasi positif. Sebaliknya,
apabila nilai variabel x naik, nilai
variabel y turun dikatakan bahwa
variabel x dan y berkorelasi negatif.
Korelasi variabel x dan y tidak
menunjukkan hubungan sebab akibat atau kausalitas. Hubungan kausalitas
datangnya dari logika atau teori, bukan dari penghitungan statistik korelasi.
Apabila harga produk naik maka permintaan produk tersebut turun adalah teori
permintaan. Korelasi antara harga produk dan permintaan produk adalah negatif.
Teori membentuk hipotesis, statistik membuat pembenaran berdasarkan data
(realita).
Korelasi tanggal
lahir dan tanggal meninggal positif hanya fakta empiris sampel, tanpa teori
(logika) yang mendukung fakta empiris tersebut. Fakta ini hanya muncul secara
kebetulan. Sampel yang menjadi dasar penghitungan tidak mewakili populasi kedua
variabel tersebut. Apabila ukuran sampel diperbesar, kemungkinan besar kedua
variabel tersebut tidak berkorelasi.
Dengan menggunakan notasi parameter, formula korelasi variabel x dan y adalah:
Hubungan antara kovarians, korelasi dan kedua deviasi
standarnya adalah:
atau
di mana
: kovarians (covariance) variabel x
dan variabel y
: korelasi
antara x dan y
: deviasi
standar x
: deviasi
standar y
Nilai kovarians distandarisasi menjadi korelasi dengan
membagi dengan deviasi standar kedua variabelnya sehingga nilainya berkisar
dari -1 hingga +1. Apabila nilai y sebanding dengan nilai x maka korelasi y dengan x adalah
satu. Misalnya, di mana b
adalah sebuah bilangan positif maka y
dan x berkorelasi satu. Apabila , korelasi y
dengan x sama dengan satu. Apabila , korelasi y
dengan x adalah -1. Dalam realita,
korelasi antara dua variabel berkisar dari -1 hingga +1. Apabila korelasi
antara y dan x sama dengan nol, dikatakan bahwa y dan x saling
independen.
5. Analisis
Regresi
Analisis regresi adalah alat analisis untuk menguji hubungan
sebuah variabel dengan sejumlah variabel lainnya. Secara umum, regresi bisa
menguji hubungan sejumlah variabel dengan sejumlah variabel lainnya. Hubungan sejumlah variabel dengan sejumlah
variabel lainnya ada dalam topik persamaan simultan dalam pelajaran
ekonometrika. Topik pembahasan dalam modul ini memfokuskan pada hubungan sebuah
variabel dengan sejumlah variabel lainnya.
Model regresi secara umum ditampilkan sebagai berikut:
Arti dari persamaan ini adalah variabel mempengaruhi
variabel y. Misalnya, harga sebuah
produk, harga produk substitusinya dan pendapatan konsumen mempengaruhi
permintaan produk tersebut. Notasi ini disebut persamaan implisit karena
hubungannya belum dinyatakan dengan eksplisit. Variabel disebut variabel
penjelas atau variabel independen atau variabel bebas. Variabel y disebut variabel yang dijelaskan atau
variabel dependen atau variabel tak bebas. Pemilihan variabel bebas dan
variabel tak bebas tentu saja berdasarkan teori atau logika.
Salah satu bentuk fungsi eksplisit yang paling sering
digunakan adalah fungsi pangkat. Bentuk fungsi pangkat adalah:
Fungsi pangkat biasanya disebut fungsi Cobb-Douglas. Bila
fungsi pangkat ini diaplikasikan dalam topik permintaan, fungsi ini namanya
fungsi permintaan Cobb-Douglas. Apabila fungsi pangkat ini diaplikasikan dalam
topik produksi, fungsi ini disebut fungsi produksi Cobb-Douglas. Lihat kembali
modul permintaan dan produksi.
Model eksplisit fungsi permintaan Cobb-Douglas adalah:
Untuk mengetahui spesifikasi model ini memerlukan ketiga nilai
parameter model ini, yaitu . Ketiga parameter model ini perlu diestimasi. Simbol dari estimasi ketiga parameter
tersebut masing-masing adalah atau a, b, c.
Regresi tidak memfasilitasi estimasi parameter fungsi
pangkat. Namun, fungsi pangkat dengan mudah dilinierkan dengan
mentransformasikan semua variabel dengan transformasi ln. Ln adalah logaritma
dengan bilangan pokok sebesar e.
Sedangkan logaritma biasanya menggunakan bilangan pokok 10, misalnya logaritma
100 adalah 2. Ln e sama dengan satu. Nilai bilangan e adalah 2,71828. (Bilangan
e tersedia di kalkulator.)
Apabila semua
variabel dalam fungsi permintaan Cobb-douglas di atas ditransformasikan dengan
ln maka fungsi permintaan tersebut menjadi persamaan linier.
Regresi bisa mengestimasi nilai ketiga parameter dari fungsi
permintaan tersebut.
Transformasi ln juga membawa kemudahan interpretasi fungsi
permintaan. Parameter fungsi permintaan
atau pangkat dari masing-masing variabel fungsi Cobb-Douglas merupakan
elastisitas masing-masing variabelnya. (Lihat modul permintaan). Nilai adalah
elastisitas harga produk, nilai adalah
elastisitas silang produk dan adalah
elastisitas pendapatan produk.
Jadi, tahapan untuk analisis regresi adalah sebagai berikut.
1. Membuat hubungan
kausalitas variabel independen terhadap variabel dependen berdasarkan teori
atau logika.
2. Menentukan fungsi
(bentuk) model (misalnya model permintaan) sesuai dengan teori.
3. Transformasikan semua
variabel bila mengasumsikan model pangkat (Cobb-Douglas).
4. Estimasi parameter
model dengan menggunakan regresi.
Untuk kasus model (fungsi) permintaan di atas, estimasi
parameter model adalah mengestimasi elastisitas harga, elastisitas silang dan
elastisitas pendapatan produk. Mengestimasi nilai elastisitas harga,
elastisitas silang dan elastisitas pendapatan produk adalah menghitung
masing-masing rata-rata elastisitasnya. Nilai rata-rata elastisitas adalah
nilai harapan (expected value) atau
nilai tengah. Perhatikan yang dimaksud rata-rata di sini bukan rata-rata dari
ketiga nilai elastisitas, namun rata-rata dari masing-masing elastistas. Logikanya seperti pada estimasi waktu yang
diperlukan A dari rumah ke kantornya.
6. Model
dan Error
Dalam realita banyak sekali faktor yang mempengaruhi
permintaan (variabel bebas) sebuah produk. Mengenumerasi semua faktor bebas
dari permintaan produk yang jumlahnya banyak sekali tentu saja tidak
bermanfaat. Hal yang diperlukan adalah sedikit faktor independen bisa
menjelaskan variasi nilai variabel dependen.
Hubungan variabel dependen dan independen disebut model regresi.
Variabel-variabel lain yang tidak masuk dalam model dimasukkan dalam “keranjang
sampah” yang disebut error. Jadi,
variasi variabel dependen dijelaskan oleh model dan error. Apabila variasi variabel dependen adalah 100, model regresi
menjelaskan 80, maka yang tidak bisa dijelaskan oleh model regresi adalah 20.
Tentu saja semakin kecil error,
semakin besar variasi dependen variabel yang bisa dijelaskan oleh model
regresi.
Model yang
diharapkan tentu saja model dengan jumlah variabel independen sedikit, namun
bisa menjelaskan variasi dependen variabel besar. Teori memberikan arahan pembentukan model.
Misalnya, untuk produk yang tidak mempunyai produk substitusi dan income inelastic, model tidak memerlukan
variabel harga produk lain dan pendapatan konsumen.
Banyaknya variabel
independen mengakibatkan ongkos pengumpulan data meningkat. Secara statistika,
penambahan jumlah variabel independen “memakan” derajat bebas. Pengurangan
derajat bebas ini membuat pengujian mengarah pada kesimpulan bahwa variabel
independen tidak mempengaruhi (tidak bisa menjelaskan) variasi variabel
dependen. Kasus ini juga terjadi bila jumlah sampel kecil. Oleh karena itu, dalam
melakukan estimasi untuk menggunakan ukuran sampel yang cukup. Apabila ukuran
sampel kecil dan jumlah variabel independen relatif banyak, hipotesis yang
benar secara teori akan tidak sesuai dengan realita. Argumen ini ditunjukkan
pada bagian berikutnya di modul ini.
7. Metode
Estimasi Regresi
Model regresi yang merupakan fungsi linier sejumlah variabel
berguna untuk menjelaskan variasi dependen variabel. Model regresi yang ideal
adalah model dengan jumlah variabel sedikit, namun bisa menjelaskan sebagian
besar variasi dependen variabel. Jadi, metode dalam mengestimasi model regresi,
tujuannya adalah memilih koefisien variabel independen dalam model yang
meminimumkan variasi error. Metode
ini disebut ordinary least squares
(OLS), yaitu metode yang meminimumkan jumlah kuadrat error. Jumlah kuadrat error
adalah ukuran variasi error. Error adalah selisih nilai variabel
dependen yang sesungguhnya dengan nilai prediksi model regresi.
1. Pembentukan
Hipotesis
Fokus pengujian adalah hubungan kausalitas. Bentuk hubungan
kausalitas adalah sebuah variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Bentuk hubungan yang lebih informatif adalah apabila nilai variabel independen
berubah satu persen, variabel dependen berubah berapa persen. Apabila variabel
independen harga produk tidak mempengaruhi permintaan produk, pengaruh harga
terhadap permintaan produk adalah nol.
Dalam memilih variabel bebas tentu saja yang diharapkan
adalah bahwa variabel bebas mempengaruhi variabel dependen. Hal yang tidak
diharapkan adalah variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen. Hipotesis variabel independen
tidak mempengaruhi variabel dependen disebut H0 (hipotesis nol).
Angka nol merujuk bahwa pengaruh independen terhadap dependen variabel adalah
nol (tidak berpengaruh). Sedangkan hipotesis variabel independen mempengaruhi
dependen variabel disebut H1 (hipotesis 1 atau hipotesis
alternatif). Kata alternatif merujuk
pada hipotesis bahwa pengaruh independen variabel berpengaruh pada dependen
variabel. Oleh karena itu, bentuk dari hipotesis adalah sebagai berikut:
di mana menunjukkan
pengaruh variabel sebuah variabel independen terhadap variabel dependen.
Dalam pengujian hipotesis tentu saja yang diharapkan adalah
menolak H0 atau menerima H1 (baca hipotesis alternatif
untuk mengingatkan hipotesis alternatif dari H0). Menolak H0 atau menerima H1
artinya data sesuai dengan hipotesis alternatif yang dibentuk berdasarkan
teori. Lebih dari itu, nilai beta yang tidak sama dengan nol mengkuantifikasi
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai variabel
ditransformasikan dengan ln,
koefisien masing-masing variabel merupakan elastisitas variabel dependen
variabel terhadap perubahan masing-masing variabel independen.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menentukan penerimaan atau penolakan sebuah H0
memerlukan uji t. Uji t sering disebut sebagai uji sebuah koefisien karena
menguji masing-masing koefisien variabel independen dalam model regresi. Dalam
uji t, koefisien (misalnya ) diasumsikan menyebar normal dengan rata-rata 0,
sesuai dengan H0. Kemudian, nilai estimasi beta tersebut
ditransformasi normal baku dan nilainya disebut t hitung.
Variabel t hitung ini menyebar secara t. Apabila t hitung berada
jauh dari rata-ratanya (0), maka nilai estimasinya tidak sama
dengan nol, atau H0 ditolak. Apabila nilai t hitung berada di sekitar nol maka
nilai estimasinya sama dengan
nol. Oleh karena itu, daerah di sekitar nol pada distribusi t disebut daerah
penerimaan H0, sedangkan daerah distribusi t yang jauh dari nol
disebut daerah penerimaan H0. Gambar 4.3 menggambarkan daerah
penerimaan dan daerah penolakan H0 untuk kasus ukuran sampel besar.
Apabila ukuran sampel besar, distribusi t
konvergen pada distribusi z.
Apabila nilai t hitung sama dengan -2 maka H0
ditolak dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila nilai t hitung sama dengan +2
maka H0 juga ditolak dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengujian ini
disebut pengujian dua ekor (two tail)
atau ada yang menyebut pengujian dua arah. Pengujian dua ekor ini berdasarkan
pada H1, yaitu variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen . Dalam hal ini, pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen bisa positif atau negatif. Bila pengaruhnya negatif, seperti
yang ditunjukkan dengan hasil estimasinya maka nilai t
hitung akan negatif. Sebaliknya, apabila pengaruhnya positif maka nilai t
hitungnya positif.
Misalnya, nilai t hitung adalah 1, nilai satu jatuh pada
daerah penerimaan H0. Oleh karena itu, H0 diterima.
Perhatikan menerima H0, yaitu menerima hipotesis nilai beta sama
dengan nol, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.
Dikatakan bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak
signifikan. Bila hasil nilai estimasi tidak terdeviasi cukup jauh dari nol maka
disimpulkan bahwa nilai parameter yang diestimasi sama dengan nol.
Dalam kondisi apa nilai t hitung akan cenderung jatuh pada
daerah penolakan H0? Semakin
jauh nilai terdeviasi dari
nol dan semakin kecil deviasi standar estimasi beta, maka semakin
besar nilai t dan semakin besar kemungkinan nilai t jatuh pada daerah
penolakan. (Lihat formula transformasi t di atas). Semakin kecil deviasi
standar estimasi beta, artinya semakin tinggi ketepatan (presisi) estimasi
beta. Deviasi standar estimasi beta bergantung pada standar deviasi error. Kecilnya deviasi standar error regresi, mengindikasikan kemampuan
model menjelaskan variasi variabel dependen.
Apabila koefisien
variabel-variabel dalam model signifikan, artinya variabel-variabel dalam model
bisa menjelaskan variasi dependen variabel.
Untuk menguji apakah sebuah model bisa menjelaskan variasi variabel
dependen digunakan uji F. Uji F biasanya disebut uji model. Sebagai indikasi,
apabila koefisien ada variabel independen yang signifikan (dengan menggunakan
uji t), model tersebut dikatakan bisa menjelaskan variasi variabel dependen.
Prosedur uji F dijelaskan pada bagian lain .
:D
ReplyDelete