Lebaran adalah salah satu momen paling penting bagi
masyarakat seluruh dunia termasuk di Indonesia yang beragama Islam. Setelah 30
hari lamanya melaksanakan ibadah puasa umat islam seluruh dunia merayakan hari
lebaran sebagai tanda kemenangan. Banyak kemeriahan dan kebersamaan yang
terjadi di hari lebaran.
Selain itu dalam menyambut hari kemenangan di berbagai
daerah Indonesia selalu menggelar berbagai tradisi yang unik dan meriah.
Beberapa daerah bahkan punya tradisi unik tersendiri dalam menyambut hari kemenangan
tersebut.
Hal inilah yang membuat banyak warga terutama orang-orang
yang hidup di kota-kota besar ingin memilih merayakan lebaran di kampung
halaman. Tak heran bila di saat lebaran tiba banyak orang-orang kota melakukan
kegiatan wajib yang bernama mudik lebaran.
Lantas apa saja tradisi unik yang dilakukan di berbagai
daerah Indonesia yang membuat lebaran di kampung lebih menyenangkan. Berikut
Anakregular informasikan : 8 Tradisi unik menyambut lebaran di Indonesia :
Meriam karbit, tradisi mengusir kuntilanak ala Pontianak
Warga Pontianak punya cara untuk menyambut datangnya
Lebaran. Warga mengadakan festival meriam karbit tepat di saat malam takbiran.
Festival ini sudah menjadi tradisi khusus di Pontianak. Di mana saat malam
takbiran, ratusan meriam yang terbuat dari bambu dan diberi karbit dijejerkan
di pinggir Sungai Kapuas. Meriam-meriam itu lalu disulut sehingga tampak
seperti perang.
Festival meriam karbit itu sendiri digelar untuk mengenang
pendiri Kota Pontianak, Sultan Syarif Abdurahman Alkadri. Dahulu Sultan Syarif
punya kebiasaan mengusir kultilanak dengan membunyikan meriam. Hal itu lalu
dilakukan terus menerus saat malam takbiran dan kini sudah menjadi tradisi. Dan
saat ini Pemerintah Kota Pontianak mengemas tradisi itu menjadi festival di
Pelabuhan Sangie Pontianak.
Meugang, tradisi berbagi makanan dari Aceh
Lain Pontianak, lain pula di Aceh. Di Negeri berjuluk
Serambi Mekkah ini juga punya tradisi unik untuk menyambut lebaran. Warga Aceh
memiliki tradisi yang disebut Meugang. Meugang adalah tradisi turun temurun
yakni memasak daging yang kemudian dibagikan kepada kaum dhuafa serta dimakan
bersama-sema keluarga.
Meugang juga bisa dilakukan secara berkelompok dengan
menyembelih sapi atau kambing. Meugang dilakukan di kampung-kampung, pelosok
bahkan di perkotaan Aceh. Meugang biasanya dilakukan di masjid-masjid. Tradisi
ini sekaligus menguatkan ikatan antar warga di Tanah Rencong.
Grebeg Syawal dan rebutan gunung lanang
Usai lebaran, di Yogyakarta selalu ditandai dengan perayaan
Grebeg Syawal. Tradisi ini juga ada di beberapa daerah di Jawa Tengah. Grebeg
Syawal sendiri merupakan tradisi keraton dalam memperingati lebaran atau 1
Syawal. Tradisi turun temurun ini diawali dengan keluarnya Gunungan Lanang
(Kakung) dan dibawa ke Mesjid Gede Keraton Nyayogyakarta untuk didoakan.
Gunung Lanang tersusun dari sayuran, buah-buahan dan hasil
bumi lainnya. Gunungan ini akan dikawal oleh prajurit keraton. Setelah selesai
didoakan, warga akan berebut untuk mendapatkan isi gunungan. Mereka percaya
jika memperoleh sayuran, buah-buahan dan hasil bumi lainnya dari gunungan
tersebut akan mendapat berkah dan ketentraman. Tak ayal banyak warga Kota Gudeg
yang selalu menunggu moment tersebut.
Tradisi bakar gunung di Bengkulu
Warga Bengkulu punya tradisi unik untuk menyambut datangnya
hari raya Idul Fitri atau lebaran. Warga Bengkulu menyebut tradisi ini Ronjok
Sayak atau bakar gunung api. Tradisi Ronjok Sayak ini disebut-sebut sudah
dilakukan oleh Suku Serawai sejak ratusan tahun lalu. Seperti halnya meriam
karbit di Pontianak, tradisi ini juga dilakukan pada malam takbiran. Namun
bedanya, Ronjok Sayak dilakukan di depan rumah setiap warga.
Ronjok Sayak atau bakar gunung api menggunakan batok kelapa
yang disusun seperti tusuk sate hingga menjulang. Batok kelapa yang sudah
disusun di depan rumah warga itu lalu dibakar. Karena ini disebut bakar gunung
api. Waktu pembakarannya pun serentak yakni selepas salat isya. Tradisi ini pun
membuat suasana lebaran semakin meriah dan semarak.
Pawai pegon di hari ketujuh lebaran ala Jember
Tradisi unik lainnya bisa kita saksikan di Jember, Jawa
Timur. Warga Jember selalu menyelenggarakan pawai pegon atau pedati (kereta
yang ditarik sapi) di hari ketujuh lebaran. Tradisi dimulai dengan menghias
puluhan hingga ratusan pedati dengan janur kuning.
Warga lalu beramai-ramai naik pedati menuju pesisir pantai.
Setibanya di pantai Watu Ulo, warga lalu bersama-sama menyantap ketupat.
Tradisi ini juga untuk melestarikan pegon atau pedati yang semakin tersisihkan
oleh transportasi modern.
Bedulang, Pesta Makan di Bangka
Usai bermaaf-maafan, masyarakat Bangka memiliki cara unik
untuk dinikmati bersama. Makan Begawa yang berarti makan bersama, tetapi karena
penyajiannya dengan dulang atau tudung saji maka disebut juga Makan Bedulang.
Makan Bedulang tidak boleh menggunakan sendok, maka
diwajibkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Mencuci tangan juga ada aturan
sendiri yakni orang paling tua harus mendapat urutan pertama dan yang muda
mendapat giliran paling akhir. Satu bedulang berisi berbagai lauk pauk
menggugah selera lengkap dengan nasi merah, buah dan jus.
Tumbilotohe di Gorontalo
Tumbilotohe adalah tradisi pasang lampu minyak sebagai tanda
bakal berakhirnya bulan suci Ramadhan di Gorontalo, biasa dilaksanakan pada
tiga malam terakhir menjelang Hari Raya Idul Fitri. Berasal dari kata ’tumbilo’
yang berarti pasang dan ‘tohe’ berarti lampu, tradisi ini sudah berlangsung
sejak abad XV yang terus dipertahankan hingga sekarang.
Lampu-lampu minyak yang dipasang di tanah lapang disusun
dengan berbagai formasi hingga membentuk gambar masjid, kitab suci Alquran dan
kaligrafi yang mempesona. Ini merupakan waktu yang sangat tepat untuk menikmati
kota Gorontalo dengan sangat terang benderang.
Perang Topat, NTB
Perang Topat atau Perang Ketupat biasanya berlangsung
sekitar seminggu setelah Lebaran. Tradisi tersebut merupakan ritual turum
temurun di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Ciri khasnya tentu saja perang ketupat atau saling melempar
ketupat. Ada beberapa kali Perang Topat dalam setahun. Namun Perang Topat saat
Lebaran umum disebut sebagai Lebaran Topat.
Setelah berdoa dan berziarah, masyarakat melaksanakan Perang
Topat di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro
di kawasan Pantai Bintaro. Uniknya prosesi lempar ketupat tersebut merupakan
simbol kerukunan umat Hindu dan Islam di Lombok. Sebab, peserta adu lempar
ketupat tersebut berasal dari kedua umat tersebut.
Nah itulah kawan, keunikan keunikan yang ada di Indonesia
dalam menyambut hari raya lebaran. Memang hari kemenangan umat islam harus
dirayakan dengan meriah, semoga di tahun ini bisa menjadi lebaran yang lebih
bermakna dari tahun kemarin.
No comments:
Post a Comment