Thursday, 14 April 2016

ANALISIS MODAL KERJA

ANALISIS MODAL KERJA
Drs. SYAHYUNAN, M.Si
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara



A. Pengertian Modal Kerja
Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan kurang mengetahui pergertian modal kerjadan fungsinya dalam suatu perusahaan, dimana modal kerja sering sekali digunakan untuk membeli aktiva tetap sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu diketahui pengertian dari modal kerja.
J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland memberikan pengertian modal kerja, sebagai berikut :
Working capital is defined as curreilt assets minus current liabilities. Thus, working capital represents the firm's investment in cash, marketable securities, accounts receivable, and inventories less the current liabilities used to finance the current assets.”
Dari pengertian diatas, modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar.
Bambang Riyanto mengemukakan modal kerja dapat dibagi menurut konsep, sebagai berikut :
1. Konsep Kuantitatif
2. Konsep Kualitatif
3. Konsep Fungsional
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kwalitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan dari pada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital).
Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek.
Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.
2. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisi antara aktiva lancar diatas hutang lancar. Digunakan kerja ini merupakan sebahagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja netto (net working capital).  Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di mana mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat- alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan.
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadilah idle fund. Padahal dana itu sendiri sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Tetapi bilamana modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai dan upah buruh ataupun kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi.
Dengan demikian kebaikan dan keburukan modal kerja dalam perusahaan
dapat dilihat sebagai berikut :
1.      Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahan.
2.      Menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu mengunakan modal kerja secara efisien.
3.      Kalau Modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam membayar bunga.

Tetapi bilamana modal kerja cukup, akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan bagi perusahaan, seperti :
1.      Melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi modal kerja yang diperlukan.
2.      Merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan di dalam jangka pendek.
3.      Menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang menyeluruh.
4.      Membayar atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo
5.      Memperoleh kredit sebagai sumber dana guna memperbesar pemenuhan kebutuhan kekayaan aktiva lancar.
6.      Memberikan pedoman yang baik sehingga tidak terdapat keraguan manajemen  guna memperoleh efisiensi yang baik.

B. Berbagai kebijaksanaan Modal Kerja
Pada dasarnya kerja bersifat sangat fleksibel yang berarti bahwa modal kerja dapat dengan mudah diperbesar ataupun diperkecil, sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Sebagai sebuah subsistem, perusahaan tidak dapat terlepas dari sistem perekonomian pada umunya. Oleh karena itu konjungtur perekonomian sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan akan modal kerja yang dioperasikan.
Disamping itu masing-masing perusahaan memiliki tipe modal kerja sendiri- sendiri sesuai dengan jenis bidang usaha maupun levelnya masing-masing. Tipe modal kerja perusahaan dapat dipengaruhi, misalnya memiliki sifat musiman atau konstan setiap saat. Bagi perusahaan yang memiliki musim penjualan, dengan sendirinya akan membutuhkan modal kerja relatif lebih besar dari masa tidak musim. Sehingga karena tipe-tipe tersebut juga mengakibatkan penentuan sumber- sumber dana yang akan dipergunakan atau yang akan dioperasikan.
Pada umumnya tipe modal kerja berdasarkan sifat bekerjanya dapat digolongkan, sebagai berikut:
1.     Modal kerja permanen (Permanen Working Capital) yaitu modal kerja yangnharus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanen Working Capital ini dapat dibedakan dalam :
·      Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
·      Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.




2.     Modal kerja variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perobahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :
·         Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berobah-obah disebabkan karena fluktuasi musim.
·         Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
·         berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur.
·         Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubahubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, dan perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.
Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri. Hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan dipilih haruslah didasarkan pada pertimbngan mengenai laba dan resiko. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan seringkali perusahaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal kerja.
Untuk itu perusahaan dapat menggunakan prinsip-prinsip pembelanjaan yaitu :
1.      Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan untuk membiayai modal kerja.
2.      Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk modal kerja atau investasi.
Apabila modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek digunakan untuk membiayai investasi, maka akan sangat membahayakan karena di samping bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikan pinjaman ternyata investasi belum menghasilkan. Untuk menentukan berapa jumlah modal yang dibutuhkan dalam pinjaman jangka panjang, atau jangka pendek, maka terlebih dahulu dihitung jangka-jangka waktu kritisnya.
Lawrence D.Schall dan Charles W.Haley dalam bukunya Introduction to Financial Management menyatakan :
" Finance short term needs with short term sources and finance long term needs with long term sources."
Dengan demikian kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan modal sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik bagi perusahaan karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Disamping itu kebutuhan modal kerja yang permanen dapat juga dibiayai dengan penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang tersebut dan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Sedangkan modal kerja variabel dapat dibiayai dengan hutang jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari pada kebutuhan modal kerja.
C. Cara-cara Mengestimasi Kebutuhan Modal kerja
Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis, efisien, clan terhindar dari resiko kesulitan likuiditas. Untukmenentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja.
Menurut Bambang Riyanto, besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung kepada dua faktor, yaitu :
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, dan
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Periode perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanya periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah semakin besar.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi simpanan di gudang dan jangka waktu penerimaan piutang. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan biaya-biaya lainnya.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kebutuhan modal kerja perusahaan dapat di bedakan dalam 2 kategori kebutuhan yaitu : kebutuhan yang bersifat permanen dan kebutuhan yang bersifat musiman atau dikenal sebagai kebutuhan variabel. Kebutuhan modal kerja variabel akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhannya diatas kebutuhan permanen. Hal ini bisa terjadi misalnya jika suatu saat terjadi kenaikan permintaan barang sehingga diperlukan tambahan dana. Kebutuhan yang bersifat temporer ini perlu diestimasikan agar perusahaan dapat terhindar dari resiko kesulitan likuiditas.
Ada 3 pendekatan yang dibutuhkan untuk membelanjai kebutuhan dana yang bersifat campuran (financing mix) yaitu :
1. Aggresive approach
2. Conservative approach
3. Trade-off keduanya.
Pendekatan yang bersifat agresif kebutuhan dana jangka pendek dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek dan kebutuhan dana jangka panjang dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Kebutuhan dana yang bersifat variabel atau musiman dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Sedangkan pembelanjaan permanen dipenuhi dari sumber dana jangka panjang. Berdasarkan pendekatan ini perusahaan harus memiliki net working capital dalam jumlah yang sama dengan bagian current assets yang dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Strategi ini mengundang resiko karena harus mempertahankan net working capital yang rendah. Namun demikian, profit yang diperoleh dalam jumlah yang tinggi karena total costnya yang rendah.
Berdasarkan pendekatan konservatif, semua kebutuhan dana dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang dan sumber dana jangka pendek digunakan hanya dalam keadaan darurat. Pendekatan konservatif mempunyai resiko yang rendah karena net working capitalnya yang besar. Akan tetapi profit yang diperoleh juga rendah karena total costnya yang tinggi. Kebanyakan perusahaan menggunakan rencana pembelanjaan yang terletak di antara pendekatan profit tinggi-resiko tinggi (agresive approach) dan profit rendah-resiko rendah (conservative approach), sehingga keuntungan yang diperoleh cukup layak (moderat) tetapi resiko yang dihadapi juga tidak terlalu tinggi. Pendekatan diantara keduanya (trade-off approach) ini menggunakan net working capital yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, sehingga resiko yang dihadapi lebih rendah dari pada pendekatan agresif dan profit yang diperoleh juga lebih tinggi dari profit berdasarkan pendekatan konservatif.
Penentuan pendekatan mana yang terbaik dari antara ketiga pendekatan tersebut bagi suatu perusahaan tergantung kepada kondisi yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut, dan kondisi yang ada pada perusahaan itu sendiri. Walaupun pendekatan yang agresif misalnya, lebih menguntungkan ditinjau dari segi profit yang dihasilkan, namun faktor-faktor seperti fluktuasi penjualan dan kemampuan mengestimasikan penerimaan sangat menentukan pendekatan mana yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan.
D. Rasio-Rasio Modal Kerja
Dalam menganalisa modal kerja suatu perusahaan, seseorang menganalisa memerlukan adanya suatu ukuran tertentu, ukuran tersebut diperoleh dengan menggunakan analisa ratio, yaitu suatu cara untuk menganalisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan. Hasil dan analisa ini merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi kuangan dan hasil operasi perusahaan. Perhitungan rasio sangat penting bagi pihak luar yang ingin menilai laporan keuangan suatu perusahaan. Penilaian dititikberatkan pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek atau likuiditas, salvobilitas, rentabilitas, dan prospek perusahaan di masa depan. Analisa rasio ini berguna juga bagi pihak perusahaan untuk membantu manajer dalam membuat evaluasi mengenai hasil operasi, memperbaiki kesalahan yang terjadi akibat penyimpangan atas rencana yang telah disusun dan menghindari hal-hal lain yang bersifat merugikan perusahaan.
Banyak macam rasio yang dapat dihitung dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dan golongan kedua adalah rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisa dalam mengevaluasi perusahaan.


Berdasarkan sumber datanya, rasio-rasio dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1.   Ratio-ratio neraca (balance sheet ratios) yaitu ratio-ratio disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya ratio lancar (current ratio), ratio tunai (quick ratio), ratio modal sendiri dengan total aktiva, ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang dan sebagainya.
2.   Ratio-ratio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu ratio-ratio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya ratio laba bruto dengan penjualan netto, ratio laba usaha dengan penjualan netto, operating ratio, dan lain sebagainya.
3.   Ratio-ratio antar laporan (intern statement ratios), yaitu ratio-ratio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi , misalnya ratio penjualan netto dengan aktiva usaha, ratio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, ratio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata, dan lain sebagainya.
Ada berbagai pendapat tentang kategori ratio berdasarkan tujuan penganalisa  dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya

Menurut Lawrence D. Schall dan Charles W. Haley, ratio keuangan dapat
digolongkan menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Liquidity ratio indicate the company’s capacity to meet short run obligations
2. Leverage ratio indicate the company’s to meet its long term and short term debt obligation
3. Activity ratios indicate how effectively the company ISSN using its assets
4. Profitability ratios indicate the net returns on sales and assets

E. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Analisa sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi penganalisa intern dan ekstern. Maksud utama dari anakisa ini adalah untuk mengetahui dari mana modal tersebut dipergunakan. Dengan kata lain, analisa sumber dan penggunaan modal kerja erat kaitannya dengan dana yang diperoleh dan dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya sehari-hari dalam suatu periode tertentu. Laporan yang menggambarkan dari mana datangnya modal kerja dan untuk apa modal kerja itu digunakan disebut laporan sumber dan penggunaan modal kerja. Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tercantum sumber- sumber dan penggunaan dana yang berasal dari unsur-unsur modal kerja sendiri, karena perubahan-perubahan yang hanya menyangkut unsur-unsur aktiva lancar dan hutang lancar tidak akan mempengaruhi jumlah aktiva tetapi tidak mempengaruhi modal kerja antara lain :
1.   Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan baku secara tunai. Jadi mengeluarkan kas tetapi di pihak lain persediaan bertambah dalam jumlah yang sama.
2.   Adanya perubahan dari bentuk ke bentuk piutang yang lain dari piutang dagang menjadi piutang wesel dan seterusnya. Dengan demikian tetap merupakan satu bagian dari modal kerja

Dengan demikian maka jumlah modal kerja hanya berubah kalau ada perubahan unsur-unsur selain current account yang disebut non current seperti aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri yang mempunyai effek netto terhadap modal kerja.
Perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperbesar modal kerja (netto) adalah :
1.      Berkurangnya aktiva tidak lancar;
2.      Bertambahnya hutang jangka panjang
3.      Bertambahnya modal saham;
4.      Adanya keuntungan dari operasi perusahaan.
5.      Sedangkan perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai
6.      pengaruh memperkecil modal kerja (netto) adalah :
7.      Bertambahnya aktiva tidak lancar;
8.      Berkurangnya hutang jangka panjang;
9.      Berkurangnya modal saham;
10.  Pembayaran dividen tunai;
11.  Adanya kerugian dalam operasi perusahaan.
Perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current account yang mempunyai efek memperbesar modal kerja disebut sumber modal kerja (sources of working capital) dan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current yang mempunyai efek memperkecil modal kerja disebut penggunaan modal kerja (application of working capital).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan sumber kerja perusahaan pada umumnya diperoleh dari :
1.   Penambahan non current liabilities. Pengeluaran obligasi misalnya akan mengakibatkan pertambahan kas (harta lancar) tanpa diikuti oleh pertambahan dalam hutang jangka pendek.
2.   Penambahan modal saham. Pengeluaran saham biasanya akan mengakibatkan pertambahan kas atau harta lancar tanpa dibarengi oleh pertambahan dalam hutang jangka pendek. Pengecualian dalam hal ini ialah bila pengeluaran saham baru disertai dengan penurunan dalam hutang jangka panjang misalnya obligasi dikonversikan kepada modal saham.
3.   Penambahan jumlah laba yang ditahan. Suatu pertambahan dalam jumlah laba yang ditahan akan mengakibatkan penambahan dalam modal kerja. Dalam hal ini pendapatan atau laba bersih merupakan sumber modal kerja.
4.   Pengurangan harta tidak lancar. Suatu pengurangan dalam jumlah harta tidak lancar biasanya akan merupakan suatu pertambahan dalam jumlah modal kerja. Penjualan gedung, mesin, dan peralatan berat lainnya akan mengakibatkan pertambahan kas tanpa diikuti oleh pertambahan dalam jumlah hutang jangka pendek.


Bila digambarkan akan terlihat seperti berikut.





Sumber : Bambang Riyanto, Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, Edisi Kedua, Cetakan Kedelapan, Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 1995, hlm. 289.
Sedangkan penggunaan-penggunaan modal kerja meliputi :
1. Pengurangan jumlah hutang tidak lancar. Pengurangan dalam jumlah hutang tidak lancar biasanya akan mengurangi jumlah modal kerja. Misalnya pelunasan hutang jangka panjang akan mengurangi kas tanpa diikuti oleh pengurangan dalam hutang jangka pendek. Pengkonversian obligasi kepada modal saham merupakan pengecualian dalam hal ini.
2. Pengurangan jumlah modal saham. Suatu pengurangan jumlah modal saham akan mengakibatkan berkurangnya modal kerja. Pembelian dan pemilikan kembali saham-sahamnya oleh perusahaan akan memerlukan penggunaan modal kerja.
3. Pengurangan jumlah laba yang tidak dibagi. Pengurangan dalam jumlah laba yang tidak dibagi biasanya mengakibatkan pengurangan jumlah modal kerja. Misalnya pembayaran dividen akan mengurangi modal kerja, tetapi pengeluaran stock dividen tidak akan mempengaruhi jumlah modak kerja karena hanya akan mengurangi jumlah laba yang tidak dibagi di satu pihak dan penambahan modal saham di lain pihak dengan jumlah yang sama.
4.   Penambahan harta tidak lancar. Suatu pertambahan dalam harta tidak lancar akan mengakibatkan pengurangan modal kerja, misalnya pembelian mesin dan peralatan-peralatan baru akan mengurangi kas atau harta lancar tanpa diikuti pengurangan yang sama dalam jumlah hutang jangka pendek.



Bila digambarkan akan terlihat seperti berikut.




Jika jumlah modal kerja pada suatu saat lebih besar dari pada jumlah modal kerja pada saat sebelumnya berarti ada kenaikan modal kerja. Hal ini disebabkan karena sumber-sumbernya lebih besar dari penggunaannya sehingga mempunyai efek netto yang positif terhadap modal kerja. Sebaliknya kalau penggunaannya lebih besar dari sumbernya maka efek nettonya akan memperkecil modal kerja. Kalau besarnya sumber persis sama dengan besarnya penggunaan berarti tidak ada efek nettonya terhadap modal kerja sehingga besarnya modal kerja tidak berubah.
Untuk menyusun laporan sumber dan penggunaan modal kerja sehingga dapat dilakukan daftar neraca untuk dua periode atau dua titik waktu. Laporan tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen neraca antar kedua titik waktu itu dan setiap perobahan elemen tersebut mencerminkan adanya sumber dan penggunaan modal kerja. Adapun langkah-langkah dalam menyusun laporan sumber atau penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut :
1.   Menyusun laporan perubahan modal kerja. Laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing unsur modal kerja atau unsur current account antara dua titik waktu. Dengan laporan tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan modal kerja serta besarnya perubahan modal kerja.
2.   Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accounts antara dua titik waktu tersebut kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.
3.   Mengelompokkan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil.
4.   Menyusun laporan sumber dan penggunaan modal kerja

















DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafaruddin. 1993. Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan. Edisi ketiga,
cetakan pertama. Yogyakarta : Andi Ofset

Gitosdarmo, Indriyo dan Basry. 1989. Manajemen Keuangan. Edisi kedua, cetakan
pertama. Yogyakarta : BPFE.

Munawir, S. 1988. Analisa Laporan Keuangan. Edisi ketiga, cetakan pertama.
Yogyakarta : Liberty.

Djarwanto, PS. 1989. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi pertama,
cetakan kedua. Yogyakarta : BPFE.

Riyanto Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat.
Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.

Samosir, Anton. 1985. Kebijakan Manajemen Pembelanjaan. Medan : Universitas
HKBP Nomensen.

Schall Lawrence D, Charles W. Harley. 1988. Introduction to Financial Management.
Fifth Edition. United Nation of America : Mc. Graw-Hill

Weston, J. Fred, Thomas Copeland. Managerial Finance. Edisi 8th. CBS International :
Driden Press





No comments:

Post a Comment