Saturday, 2 January 2016

Menentukan Lead Time Proses Produksi

Lead Time merupakan salah satu indicator terpenting  untuk mengukur kinerja bagian Processing / Produksi, disamping quality dan cost pastinya.
Lead Time adalah waktu yang diperlukan oleh bagian processing/produksi untuk memproduksi item produk  per capacity yang sudah ditentukan.
Misal Lead Time produksi  sosis  A = 3.5 Day, ini bisa diartikan waktu yang diperlukan untuk processing mulai dari tahap awal sampai akhir ( sosis A ) memerlukan waktu 3.5 hari, dengan batasan produksi sebesar x unit capacity.  Jika anda sebagai sales di perusahaan sosis, akan sangat membantu dalam memberikan kepastian ‘waktu tunggu’ pada customer.  Apalagi produk perusahaan anda menjadi bahan baku bagi  produk customer anda. Seperti sosis menjadi produk untuk Restoran.
Semakin  kecil nilai lead time, berarti produk bisa diproduksi dengan waktu lebih cepat, dan ini semakin bagus tentunya. Lead Time menjadi indicator bagi :
1.       Volume atau capasitas actual  produksi untuk setiap Item
2.       Ketepatan Waktu  Proses
3.       Performance Engineering
4.       Kemampuan Control Proses

TEKNIS PERHITUNGAN LEAD TIME (LT) DALAM PROSES  PRODUKSI
Sebelum  kita membahas mengenai perhitungan Lead Time,  saya akan memberikan penjelasan mengenai system  production line itu sendiri.
Saya membagi System Line menjadi 2 jenis :
1. Single product Line
Single product  Line, merupakan Jalur produksi  dimana proses produksi mulai dari tahap awal sampai akhir, melalui mesin – mesin khusus. Dengan kata lain, mesin-mesin di jalur produksi ini hanya memproduksi satu jenis produk. Jadi model produksi ini dapat  secara nyata dilihat.

Misal : Jalur perakitan pada  pabrik mobil  modern, Jalur perakitan untuk Honda city, tidak akan sama dengan Honda Jazz, karena mesin dan peralatan di masing-masng jalur sudah tersetting khusus hanya untuk item tertentu.
2.  Multiple product Line
Multiple product line,  merupakan jalur produksi dimana, beberapa mesin memproses Item-item produk yang berbeda. Beberapa jenis mesin, sudah didesign  untuk mudah dan tidak perlu waktu lama untuk  disetting saat berganti Item produk.
Misalnya : Mesin untuk industry pengolahan makanan, ada puluhan jenis Item  sosis, tapi jalur produksinya ada yang menggunakan proses mesin yang sama.
Jika dilihat dari skema dibawah, Product A dan B, menggunakan 2 mesin yang sama, yaitu mesin 3 dan 5.  Semakin banyak Varian item produknya, maka semakin rumit dan komplek perhitungan pembagian capasitas per Linenya,  biasanya untuk case seperti ini, system produksi sudah menggunakan  software.
Pada dasarnya Sistem Line mengurai jalur proses produksi  kedalam  setiap proses mesin, lalu memasukkan Item dengan proses mesin  yang sama kedalam satu line. Jalur produksinya menganut ‘single line’, perhitungannya akan lebih mudah dibanding ‘multiple line’. Saya akan menjelaskan perhitungan untuk  jenis ’multiple line’, jika memahami ini, saya yakin anda mudah dalam menghitung jenis single
Contoh
:
Item A
diameter : 25 mm
Item B
diameter : 10 mm
Item C
diameter : 15 mm
Item D
diameter : 30 mm
Item E
diameter : 10 mm
Item F
diameter : 15 mm
Item G
diameter : 10 mm
Item H
diameter : 30 mm
Item I
diameter : 10 mm
Ada 8 Item diproduksi, tapi jika kita kelompokkan ada 4  jenis tahapan proses. Pada prinsipnya
yang menjadi perhitungan utama sistem Line yaitu proses mesin, proses manual tidak diperhitungkan
karena tergantung dari variable jumlah orang, dengan asumsi bisa ditambah sebanyak
mungkin dan dikurangi seminimal mungkin.
Sedang kapasitas mesin  dan jam produksi mesin terbatas.

Berdasarkan data kita mengetahui kapasitas mesin per hari ( 7 jam ) sbb :
Note : Asumsinya Size  item tidak berpengaruh pada kapasitas, aktualnya data perubahan
kapasitas untuk setiap perubahan spec yang dimasukkan ke data.
4 Tahapan ini menjadi Line, 
Saya gunakan Notasi : 1, 2, 3,
Tahap 1, kita akan deteksi kapasitas per Line
Saya akan gabungkan data mesin kedalam Line Produksi

Tahap 2, kita akan deteksi Lead Time per Line


Formula waktu proses :  contoh Line 1, Mc. A = ( Bottle Neck Capa : Capa Mc ) x 7 Jam kerja
Jadi Line 1, Mc A, perlu waktu = ( 100 : 200 ) x 7 = 3.5 Jam
Berarti  MC. A hanya perlu waktu 3.5 , untuk memenuhi kapa mesin C, dan masih ada sisa kapa
sebesar 3.5 jam yang idle, atau bisa digunakan oleh line yang lain.
Berarti masing-masing  Item memiliki Lead Time 7 jam, artinya produksi memerlukan waktu 7 jam
sejak start proses pertama. Untuk kapasitas yang ditetapkan perhari Begitu juga  dengan Item yang lain.

Jadi jika ada order, waktu untuk produksi mesin :
Item A, sebanyak 1000 Kg,  Waktu produksi : 70 jam kerja ( (1000 : 100)x7 )
Item E  sebanyak 300 Kg,  Waktu produksi : 14 jam kerja ( (300 : 150)x7 )
Item G, sebanyak 210 Kg,  Waktu produksi : 21 jam kerja ( (210 : 7 )x7 )
Item I, sebanyak 280 Kg,  Waktu produksi : 28 jam kerja ( 280 : 70 )x7 )
Untuk jumlah item mencapai ratusan, tidak mungkin  dihitung secara manual, Sistem computer yang akan mengolah datanya.  Divisi yang paling strategis dalam tahap ini yaitu PPIC, mereka akan arrange  kapan Start Produksi dengan memastikan terlebih dahulu  kecukupan bahan baku.

Kunci utama dalam  memperpendek lead time yaitu pada capasitas  produksi  yang  terus ditingkatkan, dengan cara :
1. Control Proses Produksi dengan lebih baik 
2. Penambahan Mesin
3. Re-engineering, atau up grade teknologi permesinan
Lead time yang semakin pendek  pasti menjadi  salah satu kekuatan manufacture dalam  iklim persaingan yang semakin kompetitif.  Pada dasarnya, tidak ada customer yang mau menunggu dalam waktu relative lama, saat membeli.
Tentunya artikel ini jauh  dari detail.  Tidak ada system produksi yang baku. Masing-masing manufacturing memiliki ‘ke-khasan’  dalam system produksinya.  Dengan melakukan improvement secara berkelanjutan ( Continual Improvement ) akan muncul ide-ide untuk meningkatkankinerja produksi, termasuk ide mengenai Lead Time ini.

Semoga artikel ini bermanfaat & semoga sukses

No comments:

Post a Comment