Manajemen Kinerja
1. Sistem
penilaian kinerja berorientasi pada output. Apa maksudnya?
2. Metode
manajemen kinerja yang masih memfokuskan pada ‘input’ dalam konsep
‘input-proses-output memfokuskan pada manusianya. Jelaskan maksud pernyataan
diatas.
3. Coba saudara
berikan contoh yang sangat simple system penilaian kinerja yang menggunakan
metode proper-man.
Jawaban
1.
Sistem
Manajemen Kinerja Yang Berorientasi “Output” (Results)
Sistem atau
metode Manajemen Kinerja Karyawan (MKK) yang fokusnya “hasil” (Result)
oleh Putti disebut sebagai objective Centered Approach. Sitem MKK
ini awalnya berbasiskan pada konsepManagement By Objectives (MBO)
yanng pernah populer diIndonesia dengan istilah Manajemen Berdasarkan Sasaran”
(MBS). Istilah “MBO” pertama kali digunakan oleh Peter F. Drucker pada tahun
1954 dan kemudian dikembangkan sebagai sebuah sistem manajemen oleh ahli-ahli
lain seperti Douglas Mc Geogor, George Odiorne dan John Humble.
MBO/MBS dikenalkan sebagai sebuah
proses atau sistem yang dirancang untuk memandu manajer, dimana atasan dan
bawahannya bersama-sama menetapkan sasaran atau tujuan yang harus dicapai dalam
kurun waktu tertentu dan untuk pencapaiannya bawahan dibebani tanggung
jawab penuh. Di dalam cara ini, sasaran-sasaran yang spesifik ditetapkan untuk
tiap jabatan
Penerapan MKK berbasis MBS hanya
tepat apabila “budaya perusahaan” telah mendukung diterapkannya sistem MPKK
tersebut. Dukungan budaya tersebut dapat berbentuk sebuah “permintaan” real
untuk menerapkannya terutama dari pimpinan puncak perusahaan. Bila kondisi
tersebut diyakini telah “matang”, penerapan dapat dimulai dengan mengikuti
langkah-langkah dibawah ini:
1. “Seminar manajemen” atau “Kick-off
Meeting”
2. Pelatihan tentang sistem
manajemen/bekerja sengan sasaran
3. Pelatihan “Teknik konseling/wawancara
pembinaan”
4. Panduan tertulis
5. Sosialisasi MKK
6. Periode percobaan (trial period)
2.
Metode manajemen kinerja yang masih memfokuskan pada
‘input’ dalam konsep ‘input-proses-output memfokuskan pada manusianya maksudnya
adalah metode ini menekankan pada pengukuran atau penilaian ciri-ciri
kepribadian karyawan daripada hasil (prestasi) kerjanya. Ciri-ciri
atau karakteristik kepribadian yang banyak dijadikan obyek pengukuran adalah:
kejujuran,
ketaatan, kedisiplinan, loyalitas, inisiatif, kreativitas, dependability,
adaptasi, komitmen, motivasi, sopan santun, dll.
Faktor-faktor
yang disebut diatas jelas bukanlah “prestasi”, tetapi lebih
tepat disebut “persyaratan” atau “karakteristik” yang harus
dipenuhi oleh karyawan agar mereka mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya
dengan tepat, benar dan sempurna, sehingga akhirnya juga memiliki prestasi yang
“bagus”. Lebih tepat lagi bahwa faktor-faktor tersebut adalah “input”.
Apabila perusahaan ingin menerapkan
manajemen kinerja berbasis kompetensi sehingga dapat digunakan untuk mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia secara berkesinambungan,
langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sbb:
1. Bila belum ada, tetapkan dulu
kompetensi standar dan spesifik untuk tiap jabatan yg akan dinilai mencakup,
elemen-elemen pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills),
sikap (attitudes), & motivasi yang dimiliki. Pada saat yang sama
kompetensi inti (core competency) yang ditetapkan perusahaan
harus sudah ditetapkan.
2. Tetapkan tingkat atau derajat penting
tiap elemen dan kemudian tingkat yang harus dicapai oleh pemegang jabatan ini.
Untuk mudahnya tetapkan saja dalam skala satu sampailima. Tiap tingkatan dalam
skala tersebut seharusnya diberikan kriteria atau penjelasan. Misalnya apa yang
dimaksud dengan level satu, dua, dst.
3. Setiap periode penilaian, pemegang
jabatan dinilai kemajuannya dalam tingkatan penguasaan dimensi tersebut
berdasarkan bukti-bukti yang mungkin berupa indikasi prestasi atau
kesalahan yang dibuat.
4. Tetapkan tindakan-tindakan perbaikan
yang perlu diambil untuk meningkatkan penguasaan elemen kompetensi yang
dianggap lemah.
3. Contoh
simple penerapan proper man yaitu setiap performance karyawan dalam
menyelesaikan setiap pekerjaannya akan diawasi dan dinilai oleh atasan mereka.
Pada akhir kontrak akan diberikan penilaian karyawan (employee apraisal)
penilaian ini lah yang akan menentukan apakah karyawan tersebut akan
dilanjutkan kontaknya atau tidak dilanjutkan.
Atau contoh lain adalah
penerapan gaji karyawan sesuai dengan tingkat kompetensi dan kinerja karyawan.
thanks sangat membantu
ReplyDeletesama sama
ReplyDelete