Monday 4 January 2016

Makalah PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Disusun untuk menyelesaikan tugas  mata kuliah Pengembangan SDM  tahun ajaran 2014.2

Disusun oleh:

    Umi Rismawati                       017690703



Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka UBPJJ Bojonegoro
Jl Lisman 9, Kalirejo, Bojonegoro
Bojonegoro 62119


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Perkembangan Pemikiran Pengembangan Sumber Daya Manusia”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu saya berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.






Bojonegoro, 29 September  2014




Penyusun




DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I  Pendahuluan...................................................................................1
Latar Belakang................................................................................1
Rumusan Masalah...........................................................................1
Tujuan.............................................................................................1
BAB II Pembahasan....................................................................................2
A.    Sejarah Pengembangan SDM..................................................................2
B.     Rentang Waktu Pengembangan SDM.....................................................2
C.     Bidang Pengembangan SDM ..................................................................6
D.    Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi.............................................7
1.      Model Kompetensi....................................................................................8
2.      Standar Kompetensi.................................................................................10
E.     Pengembangan SDM Terpadu.................................................................11
BAB II Penutup...........................................................................................15
A.    Kesimpulan..............................................................................................15
B.     Saran........................................................................................................15
Daftar Pustaka................................................................................................16








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Profesi praktek bidang pengembangan SDM telah berkembang pesat akhir-akhir ini dan dipastikan pada masa yang akan datang akan terus berkembang sejalan dengan perubahan lingkungan organisasi. Sejarah pengembangan SDM menunjukkan bahwa pendidikan, pelatihan dan pengembangan organisasi secara umum berhubungan dengan produk sosial dan ekonomi. Pelatihan dan penembangan SDM memiliki peran yang unik dalam sejarah profesi pengembangan SDM. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan, pelatihan dan pengembangan baik dalam bentuk orang tua – anak , ahli – pemagang di tempat kerja, telah ada sepanjang sejarah manusia. Pada dasarnya sejarah pengembangan SDM akan membantu kita dalam memahami asal – muasal profesi pengembangan SDM, kejadian dan pengembangan yang penting serta alasan mengapa profesi pengembangan SDM yang ada saat ini.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah pengembangan SDM?
2.      Bagaimana rentang waktu sejarah pengembangan SDM?
3.      Apa saja bidang pengembangab SDM?
4.      Bagaimana pengembangan SDM yang berbasis kompetensi itu?
5.      Apa yang dimaksud dengan pengembangan SDM terpadu?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana sejarah pengembangan SDM
2.       Untuk mengetahui bagaimana rentang waktu sejarah pengembangan SDM
3.      Untuk mengetahui apa saja bidang pengembangab SDM
4.      Untuk mengetahui pengembangan SDM yang berbasis kompetensi
5.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengembangan SDM terpadu





BAB III
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Pengembangan SDM
Dewasa ini, disiplin dan profesi pengembangan SDM telah berkembang pesat, terutama di negara – negara maju.Sejarah pengembangan SDM menunukkan bahwa pendidikan, pelatihan dan pengembangan organisasi secara umum berhubungan dengan produk social dan ekonomi.Pelatihan dan pengembangan SDM memiliki peran yang unik dalam sejarah profesi pengembangan SDM.Seperti kita ketahui bahwa pendidikan, pelatihan, dan pengembangan baik dalam bentuk orang tua – anak, ahli – pemagang ditempat kerja telah ada sepanjang sejarah manusia. Pada dasarnya, sejarah pengembangan SDM akan membantu kita dalam memahami asal—muasal profesi pengembangan SDM, kejadian dan perkembangan yang penting serta alas an mengapa profesi pengembangan SDM yang ada saat ini.

B.     Rentang Waktu Pengembangan SDM
Swanson dan Holton (2001) menguraikan rentang wkaktu sejarah pengembangan SDM secara berurutan mulai dari awal sampai saat ini sebagai berikut:
1.      Tahap awal : bertahan melalui kerjadan belajar serta penggunaan alat dan kerjasama yang menguntungkan.
2.      Abad 100 – 300 : pengaruh filsafat dari yunani dan pandangan pragmatis dari romawi.
3.      Abad pertengahan : pengaruh aliran monastic, metode magang (apprenticehip) dan perdagangan.
4.      Abad kebangkitan 1400 – 1800 (renaissance). Pendidikasebelajarn sekuler untuk anak laki-laki dan perempuan, belajar sensori, pengajaran pengalaman, pelatihan manual.
5.      Abad industry : pelatihan dan pendidikan korporasi, pendidikan umum, peran pemerintah dalam pelatihan.
6.      Abad ke-20 : terjadi evolusi organisasi dan komponen pengembangan SDM, pelatihan laboratoris, penelitian survey dan umpan balik., teknik pemecahan masalah, kualitas kehidupan kerja, perubahan strategic, tranformasi organisasi kerja, perubahan makna kerja.
7.      Kemunculan komunitas riset HRD. Program awal universitas, akademi pengembangan SDM.
Berikut ini akan digambarkan secara lebih rinci mengenai rentang waktu sejarah pengembangan SDM yang mencakup ide, tokoh dan perkembangan aliran pemikiran tertentu mengenai pengembanga SDM.
1.      500 SM – 500 M : pengaruh dari Yunani dan Romawi
a.       Yunani meremehkan untuk pekerja kasar
b.      Scrates: metode pemeriksaan yang scrotic
c.       Republik dari plato : membawa seluruh ranah politik, pendidikan dan filosofi
d.      Aristoteles: bapak pemikiran ilmiah
e.       Romawi: pandangan pragmatis

2.      300 – 1300 M : abad pertengahan
a.       Agustine : peleburan antara aliaran klasik dan kristiani
b.      Sekolah biara (monastic)
c.       St. Thomas Aquinas
d.      Perdagangan dan serikat pekerja seni
e.       Permagangan

3.      1400 – 1700 M : Kebangkitan kembali
a.       Rancangan bangun dan pelatihan teknis abad pertengahan
b.      Pendidikan sekuler untuk anak laki-laki dan anak perempuan (Martin Luther)
c.       Berhubungan dengan sensori (JohnLocke)
d.      Pengalaman, guru yang terbaik (Jean-Jacques Rousseau)
e.       Pelatihan manual ( Johan Pestalozzi)

4.      Transisi dari abad ke-19 menuju abad ke-20
a.       Pelatihan magang
b.      Era industry
c.       Kemunduran masa magang di Amerika serikat
d.      Pelatihan teknik dan sekolah korporsi
e.       Perakitan pertama di danau Chautauqua, New York
f.       Pendidikan umum dan pelatihan teknik
g.      Peran pemerintah dalam pelatihan teknik

5.      Abad ke-20
a.       1911 Frederick Taylor menerbitkan prinsip manajemen ilmiah
b.      1912 masyarakat untuk mempromosikan pendidikan industry yang kemudian menjadi Asosiasi Kejuruan Amerika dibentuk
c.       1913 Asosiasi Nasional Sekolah yang kemudian menjad Assosiasi Manajemen Amerika didirikan
d.      1914 perang dunia I
e.       1914 Charles Alleb mengembangkan dan menerapkan metode 4 langkah pelatihan instruksi kerja (JIT) sebagai bagian dari upaya perang
f.       1926 asosiasi Ameriaka untuk pendidikan orang dewasa dibentuk
g.      1933 Elton Mayo menerbitkan study Hawthorne
h.      1937 Dale Carnegie menerbitkan buku Bagaimana Cara Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Orang
i.        1937 pendirian Asosiasi Nasional Guru Industri Pendidik
j.        1941 Perang Dunia II
k.      1943 Abraham Maslow menerbitkan teori motivasi
l.        1944 pendirian Masyarakat Direktur Pelatihan Amerika yang kemudian menjadi Masyarakat Amerika untuk dan Pelatihan Pengembangan
m.    1945 Channing Dooly menerbitkan Peltihan dalam Industri dan Perang Dunia II menjadi awal kelahiran profesi pengembangan SDM kontemporer
n.      1946 Kurt Lewin meluncurkan pusat riset untuk ilmu dinamika kelompok di Institut Tehnologi Massachusetts
o.      1947 Pendirian Laboratorium Pelatihan Nasional
p.      1947 lenis Likert  memelopori konsep pengembangan survey terbimbing
q.      1949 Eric Trist menunjukkan gagasan tentang system socioteknikal
r.        1954 Peter. Drucker menerbitkan buku Praktek Manajemen
s.       1956 K. E. Boulding menerbitkan buku Teori – Sistem Umum : Kerangka Ilmu pengetahuan
t.        1958 B. F. Skinner mengembangkan mesin pengejaran yang pertama
u.      1958 Norm Crowder menemukan instruksi program bercabang
v.      1959 Frederick Hertzberg et al. menerbitkan buku motivasi ditempat kerja
w.    1959 Donald Kirkpatrick menerbitkan majalah tentang Model Evaluasi 4 level
x.      1961 Cyril O. Houle menerbitkan buku Pikiran inkuiri
y.      1962 pendirian Masyarakat Nasional untuk Instruksi Terprogram yang kemudian menjadi Masyarakat Nasional untuk Kinerja dan Perbaikan dan kemudian Masyarakat Internasional untuk Penngkatan Kinerja
z.       1962 Robert Mager menerbitkan buku Menyiapkan Tujuan Pembelajaran
aa.         1964 Gary S. Becker menerbitkan buku Modal Manusia: Suatu Analisa Empiris dan teoritis, dengan Acuan Khusus Kependidikan
bb.        1965 Robert M. Gagne menerbitkan buku Kondisi Belajar
cc.         1968 Pendirian Lembaga pengembangan organisasi
dd.       1960 Douglas Mc Gregor menerbitkan Buku Sisi Manusia dari Perusahaan
ee.         1964 majalah pelatihan dalam bisnis dan industry mulai penerbitan
ff.          1965 Robert Craig (editor) menerbitkan buku cetakan pertama Pedoman pelatihan dan Pengembangan
gg.        1969 Leonard Nedler menyarankan istilah pengembangan SDM
hh.        1970 Malcolm Knowles menerbitkan buku Praktek Pendidikan Orang Dewasa Modern :m Dari Pedagogi ke Andragogi
ii.            1970 Leonard dan Zeace Nadler menerbitkan buku Mengembangkan SDM
jj.            1972 Cyril O. Hoyle menerbitkan buku Desain Pendidikan
kk.        1972 Federasi Internasional Organisasi Pelatihan dan Pengembangan (IFTDO) didirikan di Genewa Swiss
ll.            1973 Militer Amerika Serikat secara resmi mengadopsi model pengembangan system Intruksional (ISD)Kompetensi Inti Pelatihan dan pengembangan
mm.    1973 masyarakat Ontario untuk Pelatihan dan pengembangan menerbitkan buku.
nn.        1974 Avice M. Saint menerbitkan buku Belajar di Tempat kerja SDM dan Pengembangan Organisasi
oo.        1978 Patrick Pinto dan James Walker menerbitkan buku Study Profesional Pelatihan dan Pengembangan: Peran dan Kompetensi.
pp.        1978 Thomas Gilbert menerbitkan buku Kompetensi Manusia: Rekayasa Kinerja Berharga.
qq.        1983 Patricia McLagan dan Richard McCullough menerbitkan buku Model Keunggulan: Kesimpulan dan Rekomendasi dari ASTD Pelatihan dan pengembangan Kompetensi.
rr.           1983 jurnal Pengembangan Organisasi mulai diterbitkan.
ss.          1983 Pendirian Pusat Riset Pelatihan dan Pengembangan di Universitas.
tt.           Minnesota yang kemudian menjadi pusat riset Pengembangan SDM.
uu.        1987 pendirian Dewan Universitas untuk riset Pengembangan SDM yang kemudian bergabung dalam jaringan ASTD dalam bentuk Akademi pengembangan SDM tahun 1993.
vv.        1989 Jurnal Riset perbaikan Kinerja mulai diterbitkan.
ww.    1990 Jurnal Riset Pengembangan SDM mulai diterbitkan. Richard A. Swanson sebagai editor yang di sponsori oleh ASTD.
xx.        1990 Peter M. Senge menerbitkan buku Disiplin Kelima: Seni dan Praktek Organisasi Belajar.
yy.        1990 Gearty Rumler dan Alan Brache menerbitkan buku Meningkatkan Kinerja: Bagaimana Cara Mengantar Ruang Putih pada Bagian Organisasi.
zz.         1992 Chris Argyris menerbitkan buku Atas Organisasi Belajar.
aaa.      1993 Pendirian Akademi Pengembangan SDM (AHRD), suatu akademi Internasional sarjana Pengembangan SDM dan wayne Pece sebagai Persiden.
bbb.    1994 Keren E. Watkins menjadi Persiden AHRD.
ccc.      1995 Pendirian Forum Universitas Pengembangan SDM yang berpusat di Inggris dan berkembang ke Eropa.
ddd.   1996 Richard A. Swanson menjadi presiden AHRD.
eee.      1997 Jurnal Internasional Pelatihan Pengembangan mulai diterbitkan. Paul Lewis menjadi editor (diterbitkan oleh Blackwell).
fff.       1997
ggg.    1998 Elwod F. Holton III menjadi Presiden AHRD.
hhh.    1998 Jurnal Riset Internasional Pengembangan SDM mulai diterbitkan. Monica Lee menjadi editor (disponsori oleh AHRD dan Fprum Universitas Penegmbangan SDM dan diterbitkan oleh Routledge).
iii.          1999 Jurnal kemajuan Pengembangan SDM mulai diterbitkan. Richard A. Swanson menjadi editor (disponsori oleh AHRD dan yang diterbitkan oleh Berrett-Koehler dan kemudian Senge).

6.      Abad ke-21
a.       2000 Gary N. Mclean menjadi Presiden AHRD.
b.      2000 Channing R. Dooley yang dilantik yang pertama dan Malcom S. Knowles yang dilantik yang kedua sebagai tokoh pengembangan SDM.
c.       2001 tokoh Pengembangan SDM yang dilantik kemudian:
1)      Lilian Gilberth (Aspek Manusia dari Manajemen)
2)      Kurt Lewin (Teori Perubahan)
3)      B. F. Skinner (Mesin Pengajaran)
4)      Donald S. super (Teori pengembangan karir)
5)      Robert M. Gagne (Kondisi Belajar)
6)      Gary S.Becker (Teori Modal Manusia)
7)      Leonard Nadler (Pendiri Pengembangan SDM)

d.      2002 Review pengembangan SDM mulai diterbitkan sebagai Teori Pengembangan SDM Elwood B. Holton III sebagai editor dan di sponsori oleh AHRD dan dipublikasikan oleh Senge.

C.    Bidang Pengembangan SDM
Pada tahun 1986 ASTD (The American Society For Training and Development) menerbitkan buku The Serving New Coorporation, yang menyatakan bahwa biaya yang habis dikeluarkan untuk pelatihan dan pengembnagan hamper mencapai USD 210 miliar per tahun. Data menunjukkan bahwa 1 juta orang Amerika Serikat menghabiskan waktu untuk mengikuti aktifitas pelatihan dan pengembangan.Sementara itu diperkirakan 200.000 orang terlibat pelatih (Donaldson dan Scannel, 1986).
ASTD sebagai Organisasi professional terbesar di dunia yang bergerak dibidang pengembangan, telah berupaya secara terus menerus mengembangakan bidang tersebut.Dalam buku Model for Excellent yang diterbikan tahun 1983, ASTD berhasil mengidentifikasi kompetensi-kompetensi profesi pengembangan SDM. Kompetensi profesi pengembangan SDM mencakup 9 bidang praktek sebagai berikut:
1.      Pelatihan dan Pengembangan, yaitu mengidentifikasi, menilai dan melalui belajar terencana, membantu mengembangakan kompetensi utama (penegtahuan, keterampilan dan sikap) yang memungkinkan individu melakukan pekerjaannya saat ini dan akan datang.
2.      Pengembangan Organisasi, yaitu menjamin kesehatan hubungan antar dan intra unit kerja, dan membantu kelompok dalam organisasi memulai an mengelola perubahan.
3.      Desain jabatan / Organisasi, yaitu mendefinisikan bagaimana tugas, kewenangan, dan system diorganisasikan dan diintegrasikan dalam unit organisasi dan pekerjaan individu.
4.      Perencanaan SDM, yaitu menentukan kebutuhan, strategi dan filosofi SDM yang utama dalam organisasi.
5.      Seleksi dan penempatan, yaitu menyesuaikan kebutuhan dan kapabilitas staff dalam jalur karir dan jabatan dalam organisasi.
6.      Riset SDM dan Sistem Informasi, yaitu menjamin basis data dan informasi SDM dalam organisasi.
7.      Kompensasi dan Benefit, yaitu menjamin kompensasi dan benefit yang adil dan konsisten.
8.      Asisten Karyawan, yaitu membantu karyawan memecahkan masalah melalui bimbingan secara individual.
9.      Hubungan ketenagakerjaan, yaitu emnjamin hubungan yang sehat antara karyawan dan manajemen dalam organisasi (Donaldson dan Scannell, 1986).



D.    Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi
Dewasa ini struktur organisasi tradisional yang hierarkis telah digantikan dengan struktur organisasi modern yang cenderung berbentuk datar (horizontal) dan ramping (lean) serta berbentuk jaringan (network) yang lebih memberdayakan kerjasama kelompok. Pengembangan karir lebih didasarkan pada berbagai bentuk tugas-tugas dan bukan lagi urutan jabatan dalam organisasi. Dalam hal ini, karyawan akan bekerja dalam organisasi kluster dan setiap individu tidak lagi terkait dengan jenjang manajemen hierarkis. Organisasi yang bersifat kluster akan memberikan kebebasan dalam mencapai visi dan misi organisasi. Untuk mendukung keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, maka ada 4 persyaratan yang diperlukan yaitu, Misi, Kompetensi, Informasi dan Kultur.
Pertama, Misi organisasi yang jelas merupakan persyaratan awal bagi keberhasilan organisasi mencapai tujuan.Kedua, kompetensi menunjukkan bahwa perhatian organisasi difokuskan pada kompetensi SDM. Apabila SDM menjadi factor penentu keberhasilan organisasi maka menjadi penting bagi keberhasilan organisasi .Ketiga, akses informasi yang mudah akan menentukan keberhasilan mencapai tujuan. Keempat, Kultur yang efektif dan transparan menjadi dasar dalam menenjalankan organisasi sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep kompetensi sebenarnya bukan hal yang baru. Berdasarkan organisasi industry psikolagi di Amerika, telah terjadi gerakan mengenai pentingnya kompetensi sejak tahun 1960-an dan awal 1970-an. Menurut gerakan tersebut bahwa beberapa hasil studi banyak yang menunjukkan hasil tes intelegensidan sikap, prestasi belajar di sekolah dan ijazah sarjana tidak dapat memprediksikinerja atau keberhasilan dalam memasuki dunia kerja. E.E Ghiselli seorang peneliti membantah bahwa sikap  dan personality (kepribadian) kurang memiliki kolerasi tidak lebih 0,33 (varian 10%) terhadap kinerja. Hasil penemuan tersbut mendorong penelitian lebih lanjut mengenai variable kompetensi yang diduga dapat memprediksi kinerja individu, tanpa mempengaruhi oleh factor gender, ras, dan sosio ekonomi. Oleh karena itu, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.      Membandingkan individu yang berhasil dalam pekerjaan dengan individu yang kurang berhasil. Hal ini dilakukan dengan cara mengiddentifikasi karakteristik yang berkaitan dengan factor keberhasila.
2.      Mengidentifikasi pola piker dan perilaku individu yang berhasil dalam kinerja. Pengukuran kompetensi yang berkaitan dengan reaksi individu terhadap situasi yang terbuka, bukan pada tes pilihan ganda yang menuntut alternative jawaban. Prekdiktor yang baik bag individu adalah mengetahui apayang dipikirkan scara spontan dalam situasi yang tidak terstruktur.
Penerapan kompetensi dalam pengembangan SDM dapat diwujudkan melalui pengembangan model kompetensi dan standar kometnsi.Model dan standar kompetensimerupakan persyaratan pokkok dalam melakukan pengembangan berbasis kompetensi.


1.      Model Kompetensi
Konsep kompetensi berawal dari artikel yang dipublikasikan oleh McClelland (ahli psikologi Universitas Harvard), pada tahun 1973 yang berjudul Testing for Competence rather than for Intellegence.Artikel tersebut menyimpulkan bahwa berdasarkan kajian temuan bahwa tes  pengetahuan, serta tidak dapat memprediksi keberhasilan dalam pekerjaan / kehidupan dan biasanya bias terhadap masyarakat yang social ekonominya rendah.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik dasar dari individual yang memiliki hubungan sebab akibat kepada acuan kriteria untuk mencapai kinerja unggul (superior performance) dalam pekerjaan atau situasi. Selanjutnya dari definisi tersebut, pengertian kompetensi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Karakteristik dasar (underlying characteristic) adalah kompetensi sebagaibagian dari kepribadian individu dan dapat memprediksi prilakudalam berbagai situasi tugas terdapat 5 tipe karakteristik dasar dari kompetensi itu:
1)      Motif (Motives), adalah dorongan dari individu yang konsisten dalam melakukan suatu tindakan. Contohnya karyawan yang memiliki motivasi cenderung untuk berprestasi secara konsisten dalam mengembangkan tujuan yang menantang dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan serta mengharapkan umpan balik sebagai upaya perbaikan.
2)      Sifat atau awatak (traits), adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi tertentu. Contoh, percaya diri, control diri,
3)      Konsep diri (Self Concept), adalah nilai-nilai, sikap atau citra diri yang dimiliki individu. Contohnya adalah kepercayaan diri, kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil dalam suatu situasi, seperti kepercayaan diri seorang traineer dalam menyampaikan materi pelatihan yang sulit.
4)      Pengetahuan (Knowledge), adlah informasi yang dimiliki individu untuk bidang tertentu. Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks, merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran. Contohnya, pengetahuan seorang trainer tentang mengajar.
5)      Keterampilan (Skill), adlah kecakapan untuk melakukan tugas secara fisik atau mental. Seperti keahlian seorang trainer dalam menyampaikan materi p latihan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_7TQFX0Y5b7I64y8t932fCshPAwRS16BAGakrBxV-pDrUtEFEVc6hYRU7yE-fv_eg25DaEEintHWVa9QRGyBvK9ofr04x65OChL1cutgOqfNGiXwYDZQO79QOKMPRzWhyphenhyphenkXQYrmWuQM_9/s1600/kompetensi+model+gunung+es.pngUntuk dapat membedakan hal tersebut, Spencer dan Spencer (1993) mengajukan sebuah model yang dapat digunakan untuk membedakan kompetensi yang terdapat dalam diri seseorang. Model yang diajukan oleh spencer dan Spencer ini dikenal dengan nama model Gunung Es (Iceberg Model) sebagai berikut:




          Implikasi model Gunung Es pada pengembangan SDM adalah kompetensi dibedakan berdasarkan pada tingkat bagaimana kompetensi tersebut dianjurkan. Keahlian dan pengetahuan dikelompokkan sebagai kompetensi dipermukaan sehingga mudah nampak. Kompetensi ini biasanya mudah untuk dikembangkan dan tidak memerlukan biaya pelatihan yang besar untuk menguasainya.
          Kompetensi konsep diri, karakteristik pribadi dan motif sifatnya tersembunyi dan karena itu lebih sulit untuk dikembangkan atau dinilai. Untuk mengubah motif dan karakteristik pribadi masih dapat dilakukan, namun prosesnya panjang, sulit, dan memerlukan biaya yang cukup mahal.
b.      Hubungan Sebab Akibat (Casually Related) adalah kompetensi yang menyebabkan dan memprediksi prilaku dan kinerja. Kompetensi yang terdiri dari motif, sifat/watak dan konsep diri akan diri dapat memprediksi tindakan prilaku yang pada akhirnya dapat memprediksi hasil kinerja. Kompetensi selalu mengandung maksud dan tujuan yang merupakan dorongan motif yang menyebabkan timbulnya tindakan mencapai suatu hasil kinerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prilaku tanpa tujuan tidak dapat didefinisikan sebagai kompetensi. Kompetensi digambarkan sebagai model hubungan sebab akibat sebagai berikut:
Tujuan                             Tindakan                               hasil
 





-          Motif                           - Keterampilan
-          Sifat/Watak
-          Konsep Diri
-          Pengetahuan

c.       Acuan Kinerja (Criterion Referenced) adalah kompetensi paling kritis yang dapat membedakan antara kompetensi kinerja tinggi dengan kompetensi kinerja rata-rata. Kriteria yang digunakan dalam kompetensi seperti:
1) Kinerja Superior, yaitu secara statistik merupakan suatu standar deviasi diatas kinerja rata-rata, dan
2) Kinerja Efektif, yaitu tingkat minimal yang dapat diterima dalam melakukan suatu pekerjaan.
Kompetensi mengacu pada karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakter pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang berkinerja unggul (Superior Performer) ditempat kerja. Menurut definisi ini, kompetensi terdiri dari beberapa jenis karakteristik yang berbeda, yang masing-masing karakteristik tersebut mendorong seorang untuk melakukan perilaku tertentu. Fondasi karakteristik ini terbukti dalam cara seseorang berperilaku di tempat kerja.
Secara umum standar diartikan sebagai ukuran, norma, patokan yang disepakati. Standar kompetensi merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan yang spesifik serta aplikasi pengetahuan dan keterampilan tersebut pada standart kinerja yang dibutuhkan dalam suatu jabatan dan pekerjaan. Stansar kompetensi memiliki persyaratan sebagai berikut:
1.      Menunjukkan kinerja individu,
2.      Mengelola sejumlah tugas dan pekerjaan berbeda dalam suatu jabatan,
3.      Merespon ketidakberaturan dan mengatasi rutinitas,
4.      Memiliki tanggung jawab pekerjaan termasuk bekerja dengan orang lain.

Tahap-tahap dalam mengembangkan model kompetensi untuk suatu pekerjaan tertentu sebagai berikut:
1.      Mendefinisikan kriteria efektifitas kinerja, yaitu menentukan kriteria atau pengukuran yang menentukan kinerja unggul (superior performance) atau efektif dalam pekerjaan yang akan dikaji.
2.      Mengidentifikasi sempel kriteria, yaitu dalam menyeleksi klompok orang-orang secara jelas antara kelompok yang berkinerja superstar atau superior dengan kelompok yang berkinerja rata-rata.
3.      Mengoleksi data, yaitu mengumpulkandata melalui wawancara kejadian kritis yang fokus pada individual dan kompetensi bukan pada tugas yang disebut BEI (Behavioral Event Interviews), atau melalui metode lain seperti panel ahli dan survey.
4.      Analisis data dan mengembangkan model kompetensi, yaitu menganalisis hasil BEI dengan cara tematik seperti pengelompokan sesuai tema yang berhubungan dengan pola-pola yang digambarkan dalam BEI. Hasilnya dalam bentuk daftar kompetensi yang termasuk semua kompetensi dan definisi-definisi.
5.      Validasi model kompetensi, yaitu menguji model dan melakukan revisi apabila diperlukan.
6.      Apliksi model kompetensi, yaitu menggunakan format model dan isi kamus kompetensi tergantung pada tujuan kegunaannya.

2.      Standar Kompetensi
Secara umum standart diartiakan sebagai suatu ukuran, norma, patokan yang disepakati. Artinya kompetensi dapat diukur dengan standart. Dengan adanya standar, maka akan memungkinkan seseorang menilai kinerjanya secara objektif sesuia dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Standart kompetensi merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan yang spesifik serta aplikasi pengetahuan dan ketrampilan tersebut pada standar kinerja yang dibutuhkan dalam suatu jabatan pekerjaan. Menurut Noe (2009) Standar kompetensi memiliki persyaratan sebagai berikut:
a.    Menunjukkan kinerja individual
b.    Mengelola sejumlah tugas dan pekerjaan berbeda dalam suatu jabatan
c.    Merespon ketidakberaturan dalam mengatasi rutinitas
d.   Memiliki tanggung jawab pekerjaan termasuk bekerja dengan orang lain.
 Komponen-komponen yang terdapat dalam standart kompetensi pada dasarnya terdiri atas:
a.       Unit Kompetensi ( Unit of Competency), adalah bidang kompetensi yang mencakup persyaratan-persyaratan melakukan tugas-tugas individual
b.      Elemen Kompetensi (Elements of Competency), adalah bagian utama dari unit kompetensi yang menjelaskan segmen-segmen atau kelompok aktivitas
c.       Kriteria Kinerja (Performance Criteria), adalah menjelaskan tingkat kinerja yang disyaratkan dalam hasil kerja
d.      Rentang Variabel (Range of Variables Statement), adalah kondisi atau konteks tertentu dimana kinerja dilakukan
e.       Pedoman Bukti  (Evidence Guide), adalah bukti-bukti adanya pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung kompetensi, konteks penilitian dan aspek-aspek kritis

Kriteria kinerja 1.1
 
Struktur standar kompetensi yang mencakup unit kompetensi, elemen kompetensi dan kriteria kinerja digambarkan dalam bagan alur pada gambar dibawah ini:
 







Gambar 1.1 Struktur Standar Kompetensi Jabatan

E.     Pengembangan SDM Terpadu
Suatu gagasan terbaru tentang konsep dan penerapan pengembangan SDM dalam organisasi diajukan oleh Noor Fuad dan Ghofur Ahmad pada tahun 2009 yang dikenal dengan ‘Integrated HRD’ atau penegmbangan SDM terpadu. Pengembangan SDM terpadu tersebut terdiri atas aspek-aspek sebagai berikut:
1.    Manajemen SDM Berbasis Kompetensi (Competency Based Human Resource Management)
2.    Manajemen SDM Berbasis Talenta (Talent Based Human Resources Management)
3.    Pelatihan Berbasis Kompetensi (Training Based Competency)
4.    Pusat Penilaian (Assesement Center)
5.    Pengembangan Profesional Berkelanjutan (Continuing Professional Development)

Selanjutnaya untuk lebih memahami tentang pengembangan SDM terpadu tersebut, maka kita akan bahas konsep dan prinsip pengembangan SDM terpadu berikut ini:
1.      Manajemen SDM Berbasis Kompetensi (Competency Based Human Resource Management)
Konsep manajemen berbasis kompetensi pertama kali diperkenalkan oleh David McClelland pada tahun 1973 yang menyatakan bahwa manajemen SDM berbasis kompetensi merupakan sekumpilan atau serangkaian pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta prilaku yang dimiliki individu karyawan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan secara profesional.
Manajemen SDM berbasis kompetensi diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian seluruh aktifitas SDM dalam organisasi. Proses pengambilan keputusan diambil berdasarkan pada kebutuhan kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam sistem manajemen SDM berbasis kompetensi, maka dijadikan fondasi yang memadukan fungsi-fungsi manajemen SDM yang meliputi perencanaan, rekrutmen, dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, kompensasi dan penghargaan sampai pada pengembangan karir dan pensiun.
2.      Manajemen SDM Berbasis Talenta (Talent Based Human Resources Management)
Konsep manajemen SDM berbasis talenta merupakan penegmbangan dari manajemen SDM berbasis kompetensi. Manajemen SDM berbasis talenta ditujukan untuk mengoptimalkan sistem pengembangan SDM melalui program penyiapan SDM berbakat yang memiliki kompetensi dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara profesional. Dalam hal ini setiap orang yang memiliki bakat tertentu akan dieksplorasi untuk mengisi suatu posisi tertentu sesuai dengan bakat yang dimiliki sehingga orang-orang tersebut mampu menghasilkan kinerja yang optimal dan mapu menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi.
Manajemen SDM berbasis talenta merupakan program persiapan kader kepemimpinan yang dirancang khusus untuk mendapatkan kader pimpinan organisasi dimasa mendatang.
Dalam konsep manajemen SDM berbasis talenta, bakat yang dimiliki para karyawan berbakat akan diasah sehingga mencapai bentuk yang sempurna. Kemudian dilakukan pengujian melalui beberapa penugasan khusus yang menantang, beresiko dan bertanggung jawab untuk mengetahui profil bakat yang dimiliki. Salah satu model manajemen talenta yang digunakan dalam perencanaan sistem karier dalam organisasi diperkenalkan oleh Berger dan Berger (2007) yaitu Talent Reservior. Talent Reservior merupakan model manajemen talenta yang ditujukan untuk membuat suatu penempungan karyawan yang memiliki bakat tinggi. Bakat yang tinggi tersebut sangat penting dalam mendukung organisasi saat ini dan masa yang akan datang.
3.      Pelatihan Berbasis Kompetensi (Training Based Competency)
Pengertian yang komprehensif tentang pelatihan berbasis kompetensi disampaikan dalam Training Magazine, Juli 1996 sebagai berikut:
A cluster of related knowledge, skill, and attitudes that effect a major part of one’s job (a rule of responsibility), that correlates with performance on the job, that can be measured againts well-accepted standars, and that can be improved via training and development’.
Pelatihan berbasis kompetensi menurut Sulipan (2007) adalh suatu cara pendekatan pelatihan yang fokus terletak pada apa yang dapat dikerjakan karyawan sebagai hasil dari pelatihan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi:
a.       Standart kompetensi yang dibutuhkanuntuk melaksanakan pekerjaan secara efektif.
b.      Identifikasi semua pengetahuan dan ketrampilan serta sikap kerja yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan berdasarkan standart kompetensi
c.       Mekanisme untuk mencapai pengetahuan dan ketrampilan serta sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar kompetensi
d.      Metode untuk menguji kompetensi
e.       Spesifikasi dari kompetensi yang telah dicapai.
Berikut kelebihan pelatihan berbasis kompetensi:
a.       Para peserta akan  mencapai kompetensi yang dibutuhkan dalam kinerja mereka
b.      Para peserta membangun kepercayaan begitu mereka berhasil menguasai kompetensi tertentu
c.       Para peserta menerima daftar atau transkrip dari kompetensi yang telah dicapai
d.      Waktu pelatihan digunakan lebih efektif dan efesien
e.       Lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja sama dengan para peserta secar individual atau kelompok kecil
f.       Lebih banyak waktu digunakan untuk mengevaluasi setiap kemampuan peserta dalam melakukan ketrampilan kerja yang esensial.
Sedangkan berikut keterbatasan pelatihan berbasis kompetensi:
a.       Tanpa pengenalan awal dan tindak lanjut bantuan yang diberikan kepada peserta akan terjadi kecenderungan mengajar seperti kita pernah diajarkan dan para pelatih dengan cepat berbalik menjadi pengajar tradisional
b.      Program akan seefektif proses yang digunakan untuk mengidentifikasi kompetensi.
c.       Program akan diklasifikasikan sebagai berbasis kompetensi, kecuali pendekatan dan materi.
4.      Pusat Penilaian (Assesement Center)
Dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan evaluasi canggih. Adapun metode yang dapat digunakan:
a.       Simulasi wawancara
b.      Pencarian fakta
c.       Analisis kasus tertulis
d.      Presentasi lisan
e.       Diskusi kelompok terpimpin
f.       In basket
g.      Permainan bisnis
5.      Pengembangan Profesional Berkelanjutan (Continuing Professional Development)
Pengembangan profesional berkelanjutan merupakan program pengembangan yang dilakukan secara terus menerus melalui program belajar sepanjang hayat yang dijadikan dasar untuk penguatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja serta prilaku. Tujuan pengembangan profesional berkelanjutan adalah untuk pemutahiran tingkat pengetahuan, ketrampilan, sikap kerja, dan prilaku yang dimiliki oleh karyawan, sehingga sejalan dengan kebutuhan lingkungan dan kebutuhan organisasi.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
struktur organisasi tradisional yang hierarkis telah digantikan dengan struktur organisasi modern yang cenderung berbentuk datar (horizontal) dan ramping (lean) serta berbentuk jaringan (network) yang lebih memberdayakan kerjasama kelompok. Pengembangan karir lebih didasarkan pada berbagai bentuk tugas-tugas dan bukan lagi urutan jabatan dalam organisasi. Dalam hal ini, karyawan akan bekerja dalam organisasi kluster dan setiap individu tidak lagi terkait dengan jenjang manajemen hierarkis. Organisasi yang bersifat kluster akan memberikan kebebasan dalam mencapai visi dan misi organisasi. Untuk mendukung keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, maka ada 4 persyaratan yang diperlukan yaitu, Misi, Kompetensi, Informasi dan Kultur. Pertama, Misi organisasi yang jelas merupakan persyaratan awal bagi keberhasilan organisasi mencapai tujuan.Kedua, kompetensi menunjukkan bahwa perhatian organisasi difokuskan pada kompetensi SDM. Apabila SDM menjadi factor penentu keberhasilan organisasi maka menjadi penting bagi keberhasilan organisasi .Ketiga, akses informasi yang mudah akan menentukan keberhasilan mencapai tujuan. Keempat, Kultur yang efektif dan transparan menjadi dasar dalam menenjalankan organisasi sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
B.     Saran
Prosedur pengembangan dan pelatihan karyawan yang telah ditetapkan haruslah terus dijalankan sesuai dengan hasil penetapan pihak perusahaan dan prosedur pengembangan dan pelatihan karyawan pun harus dilaksanakan secara jelas dan berkelanjutan guna meningkatkan kompetensi dan komitmen karyawan sehingga tercapai strategi bisnis perusahaan yang telah ditetapkan.
Bentuk pengembangan dan pelatihan karyawan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebaiknya diinformasikan secara jelas kepada karyawan, agar karyawan mengetahui program pelatihan mana yang akan diikutinya.
Hasil evaluasi program pengembangan dan pelatihan harus disampaikan secara transparan kepada karyawan yang mengikuti pelatihan, agar karyawan yang kurang berkompetensi dapat dan atau diwajibkan untuk mengikuti program pelatihan kembali.
Dengan adanya program pengembangan dan pelatihan karyawan diharapkan pihak perusahaan dapat melaksanakan pengembangan dan pelatihan karyawan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang ada dan begitu pula dengan karyawan.

DAFTAR PUSTAKA
Adie E. Yusuf & Suwarno. (2007).  “Modul Pengembangan SDM” Jakarta: Universitas Terbuka.














PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Disusun untuk menyelesaikan tugas  mata kuliah Pengembangan SDM  tahun ajaran 2014.2

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjajqsJX8Ef0-pmq4queCXgVVa9AQFYr5_gz-8OseOKCmHDYh3Frki38CXXgQ9XX-30yEepkMC_Ek8sXCtUrOb-GzyqNSmCbovxkosJZ2F-3rCGsz33l1ah9g5dudF7y-u1SVYr0Uu-wdKY/s1600/UT+Warna.jpg
Disusun oleh:

1.      Afrida Agustina                      018134732
2.      Aris Setiyono                          017688746
3.      Eka Oktafia Dianti                  017689447
4.      Siti Nur Aeni Wijayanti          017690079
5.      Umi Rismawati                       017690703

Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka UBPJJ Bojonegoro
Jl Lisman 9, Kalirejo, Bojonegoro
Bojonegoro 62119


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Perkembangan Pemikiran Pengembangan Sumber Daya Manusia”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu saya berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.






Bojonegoro, 29 September  2014




Penyusun




DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I  Pendahuluan................................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................1
Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II Pembahasan................................................................................................................2
A.    Sejarah Pengembangan SDM................................................................................2
B.     Rentang Waktu Pengembangan SDM...................................................................2
C.     Bidang Pengembangan SDM ................................................................................6
D.    Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi...........................................................7
1.      Model Kompetensi...........................................................................................8
2.      Standar Kompetensi.......................................................................................10
E.     Pengembangan SDM Terpadu.............................................................................11
BAB II Penutup......................................................................................................................15
A.    Kesimpulan..........................................................................................................15
B.     Saran.....................................................................................................................15
Daftar Pustaka..........................................................................................................................16








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Profesi praktek bidang pengembangan SDM telah berkembang pesat akhir-akhir ini dan dipastikan pada masa yang akan datang akan terus berkembang sejalan dengan perubahan lingkungan organisasi. Sejarah pengembangan SDM menunjukkan bahwa pendidikan, pelatihan dan pengembangan organisasi secara umum berhubungan dengan produk sosial dan ekonomi. Pelatihan dan penembangan SDM memiliki peran yang unik dalam sejarah profesi pengembangan SDM. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan, pelatihan dan pengembangan baik dalam bentuk orang tua – anak , ahli – pemagang di tempat kerja, telah ada sepanjang sejarah manusia. Pada dasarnya sejarah pengembangan SDM akan membantu kita dalam memahami asal – muasal profesi pengembangan SDM, kejadian dan pengembangan yang penting serta alasan mengapa profesi pengembangan SDM yang ada saat ini.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah pengembangan SDM?
2.      Bagaimana rentang waktu sejarah pengembangan SDM?
3.      Apa saja bidang pengembangab SDM?
4.      Bagaimana pengembangan SDM yang berbasis kompetensi itu?
5.      Apa yang dimaksud dengan pengembangan SDM terpadu?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana sejarah pengembangan SDM
2.       Untuk mengetahui bagaimana rentang waktu sejarah pengembangan SDM
3.      Untuk mengetahui apa saja bidang pengembangab SDM
4.      Untuk mengetahui pengembangan SDM yang berbasis kompetensi
5.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengembangan SDM terpadu





BAB III
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Pengembangan SDM
Dewasa ini, disiplin dan profesi pengembangan SDM telah berkembang pesat, terutama di negara – negara maju.Sejarah pengembangan SDM menunukkan bahwa pendidikan, pelatihan dan pengembangan organisasi secara umum berhubungan dengan produk social dan ekonomi.Pelatihan dan pengembangan SDM memiliki peran yang unik dalam sejarah profesi pengembangan SDM.Seperti kita ketahui bahwa pendidikan, pelatihan, dan pengembangan baik dalam bentuk orang tua – anak, ahli – pemagang ditempat kerja telah ada sepanjang sejarah manusia. Pada dasarnya, sejarah pengembangan SDM akan membantu kita dalam memahami asal—muasal profesi pengembangan SDM, kejadian dan perkembangan yang penting serta alas an mengapa profesi pengembangan SDM yang ada saat ini.

B.     Rentang Waktu Pengembangan SDM
Swanson dan Holton (2001) menguraikan rentang wkaktu sejarah pengembangan SDM secara berurutan mulai dari awal sampai saat ini sebagai berikut:
1.      Tahap awal : bertahan melalui kerjadan belajar serta penggunaan alat dan kerjasama yang menguntungkan.
2.      Abad 100 – 300 : pengaruh filsafat dari yunani dan pandangan pragmatis dari romawi.
3.      Abad pertengahan : pengaruh aliran monastic, metode magang (apprenticehip) dan perdagangan.
4.      Abad kebangkitan 1400 – 1800 (renaissance). Pendidikasebelajarn sekuler untuk anak laki-laki dan perempuan, belajar sensori, pengajaran pengalaman, pelatihan manual.
5.      Abad industry : pelatihan dan pendidikan korporasi, pendidikan umum, peran pemerintah dalam pelatihan.
6.      Abad ke-20 : terjadi evolusi organisasi dan komponen pengembangan SDM, pelatihan laboratoris, penelitian survey dan umpan balik., teknik pemecahan masalah, kualitas kehidupan kerja, perubahan strategic, tranformasi organisasi kerja, perubahan makna kerja.
7.      Kemunculan komunitas riset HRD. Program awal universitas, akademi pengembangan SDM.
Berikut ini akan digambarkan secara lebih rinci mengenai rentang waktu sejarah pengembangan SDM yang mencakup ide, tokoh dan perkembangan aliran pemikiran tertentu mengenai pengembanga SDM.
1.      500 SM – 500 M : pengaruh dari Yunani dan Romawi
a.       Yunani meremehkan untuk pekerja kasar
b.      Scrates: metode pemeriksaan yang scrotic
c.       Republik dari plato : membawa seluruh ranah politik, pendidikan dan filosofi
d.      Aristoteles: bapak pemikiran ilmiah
e.       Romawi: pandangan pragmatis

2.      300 – 1300 M : abad pertengahan
a.       Agustine : peleburan antara aliaran klasik dan kristiani
b.      Sekolah biara (monastic)
c.       St. Thomas Aquinas
d.      Perdagangan dan serikat pekerja seni
e.       Permagangan

3.      1400 – 1700 M : Kebangkitan kembali
a.       Rancangan bangun dan pelatihan teknis abad pertengahan
b.      Pendidikan sekuler untuk anak laki-laki dan anak perempuan (Martin Luther)
c.       Berhubungan dengan sensori (JohnLocke)
d.      Pengalaman, guru yang terbaik (Jean-Jacques Rousseau)
e.       Pelatihan manual ( Johan Pestalozzi)

4.      Transisi dari abad ke-19 menuju abad ke-20
a.       Pelatihan magang
b.      Era industry
c.       Kemunduran masa magang di Amerika serikat
d.      Pelatihan teknik dan sekolah korporsi
e.       Perakitan pertama di danau Chautauqua, New York
f.       Pendidikan umum dan pelatihan teknik
g.      Peran pemerintah dalam pelatihan teknik

5.      Abad ke-20
a.       1911 Frederick Taylor menerbitkan prinsip manajemen ilmiah
b.      1912 masyarakat untuk mempromosikan pendidikan industry yang kemudian menjadi Asosiasi Kejuruan Amerika dibentuk
c.       1913 Asosiasi Nasional Sekolah yang kemudian menjad Assosiasi Manajemen Amerika didirikan
d.      1914 perang dunia I
e.       1914 Charles Alleb mengembangkan dan menerapkan metode 4 langkah pelatihan instruksi kerja (JIT) sebagai bagian dari upaya perang
f.       1926 asosiasi Ameriaka untuk pendidikan orang dewasa dibentuk
g.      1933 Elton Mayo menerbitkan study Hawthorne
h.      1937 Dale Carnegie menerbitkan buku Bagaimana Cara Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Orang
i.        1937 pendirian Asosiasi Nasional Guru Industri Pendidik
j.        1941 Perang Dunia II
k.      1943 Abraham Maslow menerbitkan teori motivasi
l.        1944 pendirian Masyarakat Direktur Pelatihan Amerika yang kemudian menjadi Masyarakat Amerika untuk dan Pelatihan Pengembangan
m.    1945 Channing Dooly menerbitkan Peltihan dalam Industri dan Perang Dunia II menjadi awal kelahiran profesi pengembangan SDM kontemporer
n.      1946 Kurt Lewin meluncurkan pusat riset untuk ilmu dinamika kelompok di Institut Tehnologi Massachusetts
o.      1947 Pendirian Laboratorium Pelatihan Nasional
p.      1947 lenis Likert  memelopori konsep pengembangan survey terbimbing
q.      1949 Eric Trist menunjukkan gagasan tentang system socioteknikal
r.        1954 Peter. Drucker menerbitkan buku Praktek Manajemen
s.       1956 K. E. Boulding menerbitkan buku Teori – Sistem Umum : Kerangka Ilmu pengetahuan
t.        1958 B. F. Skinner mengembangkan mesin pengejaran yang pertama
u.      1958 Norm Crowder menemukan instruksi program bercabang
v.      1959 Frederick Hertzberg et al. menerbitkan buku motivasi ditempat kerja
w.    1959 Donald Kirkpatrick menerbitkan majalah tentang Model Evaluasi 4 level
x.      1961 Cyril O. Houle menerbitkan buku Pikiran inkuiri
y.      1962 pendirian Masyarakat Nasional untuk Instruksi Terprogram yang kemudian menjadi Masyarakat Nasional untuk Kinerja dan Perbaikan dan kemudian Masyarakat Internasional untuk Penngkatan Kinerja
z.       1962 Robert Mager menerbitkan buku Menyiapkan Tujuan Pembelajaran
aa.         1964 Gary S. Becker menerbitkan buku Modal Manusia: Suatu Analisa Empiris dan teoritis, dengan Acuan Khusus Kependidikan
bb.        1965 Robert M. Gagne menerbitkan buku Kondisi Belajar
cc.         1968 Pendirian Lembaga pengembangan organisasi
dd.       1960 Douglas Mc Gregor menerbitkan Buku Sisi Manusia dari Perusahaan
ee.         1964 majalah pelatihan dalam bisnis dan industry mulai penerbitan
ff.          1965 Robert Craig (editor) menerbitkan buku cetakan pertama Pedoman pelatihan dan Pengembangan
gg.        1969 Leonard Nedler menyarankan istilah pengembangan SDM
hh.        1970 Malcolm Knowles menerbitkan buku Praktek Pendidikan Orang Dewasa Modern :m Dari Pedagogi ke Andragogi
ii.            1970 Leonard dan Zeace Nadler menerbitkan buku Mengembangkan SDM
jj.            1972 Cyril O. Hoyle menerbitkan buku Desain Pendidikan
kk.        1972 Federasi Internasional Organisasi Pelatihan dan Pengembangan (IFTDO) didirikan di Genewa Swiss
ll.            1973 Militer Amerika Serikat secara resmi mengadopsi model pengembangan system Intruksional (ISD)Kompetensi Inti Pelatihan dan pengembangan
mm.    1973 masyarakat Ontario untuk Pelatihan dan pengembangan menerbitkan buku.
nn.        1974 Avice M. Saint menerbitkan buku Belajar di Tempat kerja SDM dan Pengembangan Organisasi
oo.        1978 Patrick Pinto dan James Walker menerbitkan buku Study Profesional Pelatihan dan Pengembangan: Peran dan Kompetensi.
pp.        1978 Thomas Gilbert menerbitkan buku Kompetensi Manusia: Rekayasa Kinerja Berharga.
qq.        1983 Patricia McLagan dan Richard McCullough menerbitkan buku Model Keunggulan: Kesimpulan dan Rekomendasi dari ASTD Pelatihan dan pengembangan Kompetensi.
rr.           1983 jurnal Pengembangan Organisasi mulai diterbitkan.
ss.          1983 Pendirian Pusat Riset Pelatihan dan Pengembangan di Universitas.
tt.           Minnesota yang kemudian menjadi pusat riset Pengembangan SDM.
uu.        1987 pendirian Dewan Universitas untuk riset Pengembangan SDM yang kemudian bergabung dalam jaringan ASTD dalam bentuk Akademi pengembangan SDM tahun 1993.
vv.        1989 Jurnal Riset perbaikan Kinerja mulai diterbitkan.
ww.    1990 Jurnal Riset Pengembangan SDM mulai diterbitkan. Richard A. Swanson sebagai editor yang di sponsori oleh ASTD.
xx.        1990 Peter M. Senge menerbitkan buku Disiplin Kelima: Seni dan Praktek Organisasi Belajar.
yy.        1990 Gearty Rumler dan Alan Brache menerbitkan buku Meningkatkan Kinerja: Bagaimana Cara Mengantar Ruang Putih pada Bagian Organisasi.
zz.         1992 Chris Argyris menerbitkan buku Atas Organisasi Belajar.
aaa.      1993 Pendirian Akademi Pengembangan SDM (AHRD), suatu akademi Internasional sarjana Pengembangan SDM dan wayne Pece sebagai Persiden.
bbb.    1994 Keren E. Watkins menjadi Persiden AHRD.
ccc.      1995 Pendirian Forum Universitas Pengembangan SDM yang berpusat di Inggris dan berkembang ke Eropa.
ddd.   1996 Richard A. Swanson menjadi presiden AHRD.
eee.      1997 Jurnal Internasional Pelatihan Pengembangan mulai diterbitkan. Paul Lewis menjadi editor (diterbitkan oleh Blackwell).
fff.       1997
ggg.    1998 Elwod F. Holton III menjadi Presiden AHRD.
hhh.    1998 Jurnal Riset Internasional Pengembangan SDM mulai diterbitkan. Monica Lee menjadi editor (disponsori oleh AHRD dan Fprum Universitas Penegmbangan SDM dan diterbitkan oleh Routledge).
iii.          1999 Jurnal kemajuan Pengembangan SDM mulai diterbitkan. Richard A. Swanson menjadi editor (disponsori oleh AHRD dan yang diterbitkan oleh Berrett-Koehler dan kemudian Senge).

6.      Abad ke-21
a.       2000 Gary N. Mclean menjadi Presiden AHRD.
b.      2000 Channing R. Dooley yang dilantik yang pertama dan Malcom S. Knowles yang dilantik yang kedua sebagai tokoh pengembangan SDM.
c.       2001 tokoh Pengembangan SDM yang dilantik kemudian:
1)      Lilian Gilberth (Aspek Manusia dari Manajemen)
2)      Kurt Lewin (Teori Perubahan)
3)      B. F. Skinner (Mesin Pengajaran)
4)      Donald S. super (Teori pengembangan karir)
5)      Robert M. Gagne (Kondisi Belajar)
6)      Gary S.Becker (Teori Modal Manusia)
7)      Leonard Nadler (Pendiri Pengembangan SDM)

d.      2002 Review pengembangan SDM mulai diterbitkan sebagai Teori Pengembangan SDM Elwood B. Holton III sebagai editor dan di sponsori oleh AHRD dan dipublikasikan oleh Senge.

C.    Bidang Pengembangan SDM
Pada tahun 1986 ASTD (The American Society For Training and Development) menerbitkan buku The Serving New Coorporation, yang menyatakan bahwa biaya yang habis dikeluarkan untuk pelatihan dan pengembnagan hamper mencapai USD 210 miliar per tahun. Data menunjukkan bahwa 1 juta orang Amerika Serikat menghabiskan waktu untuk mengikuti aktifitas pelatihan dan pengembangan.Sementara itu diperkirakan 200.000 orang terlibat pelatih (Donaldson dan Scannel, 1986).
ASTD sebagai Organisasi professional terbesar di dunia yang bergerak dibidang pengembangan, telah berupaya secara terus menerus mengembangakan bidang tersebut.Dalam buku Model for Excellent yang diterbikan tahun 1983, ASTD berhasil mengidentifikasi kompetensi-kompetensi profesi pengembangan SDM. Kompetensi profesi pengembangan SDM mencakup 9 bidang praktek sebagai berikut:
1.      Pelatihan dan Pengembangan, yaitu mengidentifikasi, menilai dan melalui belajar terencana, membantu mengembangakan kompetensi utama (penegtahuan, keterampilan dan sikap) yang memungkinkan individu melakukan pekerjaannya saat ini dan akan datang.
2.      Pengembangan Organisasi, yaitu menjamin kesehatan hubungan antar dan intra unit kerja, dan membantu kelompok dalam organisasi memulai an mengelola perubahan.
3.      Desain jabatan / Organisasi, yaitu mendefinisikan bagaimana tugas, kewenangan, dan system diorganisasikan dan diintegrasikan dalam unit organisasi dan pekerjaan individu.
4.      Perencanaan SDM, yaitu menentukan kebutuhan, strategi dan filosofi SDM yang utama dalam organisasi.
5.      Seleksi dan penempatan, yaitu menyesuaikan kebutuhan dan kapabilitas staff dalam jalur karir dan jabatan dalam organisasi.
6.      Riset SDM dan Sistem Informasi, yaitu menjamin basis data dan informasi SDM dalam organisasi.
7.      Kompensasi dan Benefit, yaitu menjamin kompensasi dan benefit yang adil dan konsisten.
8.      Asisten Karyawan, yaitu membantu karyawan memecahkan masalah melalui bimbingan secara individual.
9.      Hubungan ketenagakerjaan, yaitu emnjamin hubungan yang sehat antara karyawan dan manajemen dalam organisasi (Donaldson dan Scannell, 1986).



D.    Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi
Dewasa ini struktur organisasi tradisional yang hierarkis telah digantikan dengan struktur organisasi modern yang cenderung berbentuk datar (horizontal) dan ramping (lean) serta berbentuk jaringan (network) yang lebih memberdayakan kerjasama kelompok. Pengembangan karir lebih didasarkan pada berbagai bentuk tugas-tugas dan bukan lagi urutan jabatan dalam organisasi. Dalam hal ini, karyawan akan bekerja dalam organisasi kluster dan setiap individu tidak lagi terkait dengan jenjang manajemen hierarkis. Organisasi yang bersifat kluster akan memberikan kebebasan dalam mencapai visi dan misi organisasi. Untuk mendukung keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, maka ada 4 persyaratan yang diperlukan yaitu, Misi, Kompetensi, Informasi dan Kultur.
Pertama, Misi organisasi yang jelas merupakan persyaratan awal bagi keberhasilan organisasi mencapai tujuan.Kedua, kompetensi menunjukkan bahwa perhatian organisasi difokuskan pada kompetensi SDM. Apabila SDM menjadi factor penentu keberhasilan organisasi maka menjadi penting bagi keberhasilan organisasi .Ketiga, akses informasi yang mudah akan menentukan keberhasilan mencapai tujuan. Keempat, Kultur yang efektif dan transparan menjadi dasar dalam menenjalankan organisasi sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep kompetensi sebenarnya bukan hal yang baru. Berdasarkan organisasi industry psikolagi di Amerika, telah terjadi gerakan mengenai pentingnya kompetensi sejak tahun 1960-an dan awal 1970-an. Menurut gerakan tersebut bahwa beberapa hasil studi banyak yang menunjukkan hasil tes intelegensidan sikap, prestasi belajar di sekolah dan ijazah sarjana tidak dapat memprediksikinerja atau keberhasilan dalam memasuki dunia kerja. E.E Ghiselli seorang peneliti membantah bahwa sikap  dan personality (kepribadian) kurang memiliki kolerasi tidak lebih 0,33 (varian 10%) terhadap kinerja. Hasil penemuan tersbut mendorong penelitian lebih lanjut mengenai variable kompetensi yang diduga dapat memprediksi kinerja individu, tanpa mempengaruhi oleh factor gender, ras, dan sosio ekonomi. Oleh karena itu, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.      Membandingkan individu yang berhasil dalam pekerjaan dengan individu yang kurang berhasil. Hal ini dilakukan dengan cara mengiddentifikasi karakteristik yang berkaitan dengan factor keberhasila.
2.      Mengidentifikasi pola piker dan perilaku individu yang berhasil dalam kinerja. Pengukuran kompetensi yang berkaitan dengan reaksi individu terhadap situasi yang terbuka, bukan pada tes pilihan ganda yang menuntut alternative jawaban. Prekdiktor yang baik bag individu adalah mengetahui apayang dipikirkan scara spontan dalam situasi yang tidak terstruktur.
Penerapan kompetensi dalam pengembangan SDM dapat diwujudkan melalui pengembangan model kompetensi dan standar kometnsi.Model dan standar kompetensimerupakan persyaratan pokkok dalam melakukan pengembangan berbasis kompetensi.


1.      Model Kompetensi
Konsep kompetensi berawal dari artikel yang dipublikasikan oleh McClelland (ahli psikologi Universitas Harvard), pada tahun 1973 yang berjudul Testing for Competence rather than for Intellegence.Artikel tersebut menyimpulkan bahwa berdasarkan kajian temuan bahwa tes  pengetahuan, serta tidak dapat memprediksi keberhasilan dalam pekerjaan / kehidupan dan biasanya bias terhadap masyarakat yang social ekonominya rendah.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik dasar dari individual yang memiliki hubungan sebab akibat kepada acuan kriteria untuk mencapai kinerja unggul (superior performance) dalam pekerjaan atau situasi. Selanjutnya dari definisi tersebut, pengertian kompetensi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Karakteristik dasar (underlying characteristic) adalah kompetensi sebagaibagian dari kepribadian individu dan dapat memprediksi prilakudalam berbagai situasi tugas terdapat 5 tipe karakteristik dasar dari kompetensi itu:
1)      Motif (Motives), adalah dorongan dari individu yang konsisten dalam melakukan suatu tindakan. Contohnya karyawan yang memiliki motivasi cenderung untuk berprestasi secara konsisten dalam mengembangkan tujuan yang menantang dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan serta mengharapkan umpan balik sebagai upaya perbaikan.
2)      Sifat atau awatak (traits), adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi tertentu. Contoh, percaya diri, control diri,
3)      Konsep diri (Self Concept), adalah nilai-nilai, sikap atau citra diri yang dimiliki individu. Contohnya adalah kepercayaan diri, kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil dalam suatu situasi, seperti kepercayaan diri seorang traineer dalam menyampaikan materi pelatihan yang sulit.
4)      Pengetahuan (Knowledge), adlah informasi yang dimiliki individu untuk bidang tertentu. Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks, merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran. Contohnya, pengetahuan seorang trainer tentang mengajar.
5)      Keterampilan (Skill), adlah kecakapan untuk melakukan tugas secara fisik atau mental. Seperti keahlian seorang trainer dalam menyampaikan materi p latihan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_7TQFX0Y5b7I64y8t932fCshPAwRS16BAGakrBxV-pDrUtEFEVc6hYRU7yE-fv_eg25DaEEintHWVa9QRGyBvK9ofr04x65OChL1cutgOqfNGiXwYDZQO79QOKMPRzWhyphenhyphenkXQYrmWuQM_9/s1600/kompetensi+model+gunung+es.pngUntuk dapat membedakan hal tersebut, Spencer dan Spencer (1993) mengajukan sebuah model yang dapat digunakan untuk membedakan kompetensi yang terdapat dalam diri seseorang. Model yang diajukan oleh spencer dan Spencer ini dikenal dengan nama model Gunung Es (Iceberg Model) sebagai berikut:




          Implikasi model Gunung Es pada pengembangan SDM adalah kompetensi dibedakan berdasarkan pada tingkat bagaimana kompetensi tersebut dianjurkan. Keahlian dan pengetahuan dikelompokkan sebagai kompetensi dipermukaan sehingga mudah nampak. Kompetensi ini biasanya mudah untuk dikembangkan dan tidak memerlukan biaya pelatihan yang besar untuk menguasainya.
          Kompetensi konsep diri, karakteristik pribadi dan motif sifatnya tersembunyi dan karena itu lebih sulit untuk dikembangkan atau dinilai. Untuk mengubah motif dan karakteristik pribadi masih dapat dilakukan, namun prosesnya panjang, sulit, dan memerlukan biaya yang cukup mahal.
b.      Hubungan Sebab Akibat (Casually Related) adalah kompetensi yang menyebabkan dan memprediksi prilaku dan kinerja. Kompetensi yang terdiri dari motif, sifat/watak dan konsep diri akan diri dapat memprediksi tindakan prilaku yang pada akhirnya dapat memprediksi hasil kinerja. Kompetensi selalu mengandung maksud dan tujuan yang merupakan dorongan motif yang menyebabkan timbulnya tindakan mencapai suatu hasil kinerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prilaku tanpa tujuan tidak dapat didefinisikan sebagai kompetensi. Kompetensi digambarkan sebagai model hubungan sebab akibat sebagai berikut:
Tujuan                             Tindakan                               hasil
 




-          Motif                           - Keterampilan
-          Sifat/Watak
-          Konsep Diri
-          Pengetahuan

c.       Acuan Kinerja (Criterion Referenced) adalah kompetensi paling kritis yang dapat membedakan antara kompetensi kinerja tinggi dengan kompetensi kinerja rata-rata. Kriteria yang digunakan dalam kompetensi seperti:
1) Kinerja Superior, yaitu secara statistik merupakan suatu standar deviasi diatas kinerja rata-rata, dan
2) Kinerja Efektif, yaitu tingkat minimal yang dapat diterima dalam melakukan suatu pekerjaan.
Kompetensi mengacu pada karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakter pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang berkinerja unggul (Superior Performer) ditempat kerja. Menurut definisi ini, kompetensi terdiri dari beberapa jenis karakteristik yang berbeda, yang masing-masing karakteristik tersebut mendorong seorang untuk melakukan perilaku tertentu. Fondasi karakteristik ini terbukti dalam cara seseorang berperilaku di tempat kerja.
Secara umum standar diartikan sebagai ukuran, norma, patokan yang disepakati. Standar kompetensi merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan yang spesifik serta aplikasi pengetahuan dan keterampilan tersebut pada standart kinerja yang dibutuhkan dalam suatu jabatan dan pekerjaan. Stansar kompetensi memiliki persyaratan sebagai berikut:
1.      Menunjukkan kinerja individu,
2.      Mengelola sejumlah tugas dan pekerjaan berbeda dalam suatu jabatan,
3.      Merespon ketidakberaturan dan mengatasi rutinitas,
4.      Memiliki tanggung jawab pekerjaan termasuk bekerja dengan orang lain.

Tahap-tahap dalam mengembangkan model kompetensi untuk suatu pekerjaan tertentu sebagai berikut:
1.      Mendefinisikan kriteria efektifitas kinerja, yaitu menentukan kriteria atau pengukuran yang menentukan kinerja unggul (superior performance) atau efektif dalam pekerjaan yang akan dikaji.
2.      Mengidentifikasi sempel kriteria, yaitu dalam menyeleksi klompok orang-orang secara jelas antara kelompok yang berkinerja superstar atau superior dengan kelompok yang berkinerja rata-rata.
3.      Mengoleksi data, yaitu mengumpulkandata melalui wawancara kejadian kritis yang fokus pada individual dan kompetensi bukan pada tugas yang disebut BEI (Behavioral Event Interviews), atau melalui metode lain seperti panel ahli dan survey.
4.      Analisis data dan mengembangkan model kompetensi, yaitu menganalisis hasil BEI dengan cara tematik seperti pengelompokan sesuai tema yang berhubungan dengan pola-pola yang digambarkan dalam BEI. Hasilnya dalam bentuk daftar kompetensi yang termasuk semua kompetensi dan definisi-definisi.
5.      Validasi model kompetensi, yaitu menguji model dan melakukan revisi apabila diperlukan.
6.      Apliksi model kompetensi, yaitu menggunakan format model dan isi kamus kompetensi tergantung pada tujuan kegunaannya.

2.      Standar Kompetensi
Secara umum standart diartiakan sebagai suatu ukuran, norma, patokan yang disepakati. Artinya kompetensi dapat diukur dengan standart. Dengan adanya standar, maka akan memungkinkan seseorang menilai kinerjanya secara objektif sesuia dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Standart kompetensi merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan yang spesifik serta aplikasi pengetahuan dan ketrampilan tersebut pada standar kinerja yang dibutuhkan dalam suatu jabatan pekerjaan. Menurut Noe (2009) Standar kompetensi memiliki persyaratan sebagai berikut:
a.    Menunjukkan kinerja individual
b.    Mengelola sejumlah tugas dan pekerjaan berbeda dalam suatu jabatan
c.    Merespon ketidakberaturan dalam mengatasi rutinitas
d.   Memiliki tanggung jawab pekerjaan termasuk bekerja dengan orang lain.
 Komponen-komponen yang terdapat dalam standart kompetensi pada dasarnya terdiri atas:
a.       Unit Kompetensi ( Unit of Competency), adalah bidang kompetensi yang mencakup persyaratan-persyaratan melakukan tugas-tugas individual
b.      Elemen Kompetensi (Elements of Competency), adalah bagian utama dari unit kompetensi yang menjelaskan segmen-segmen atau kelompok aktivitas
c.       Kriteria Kinerja (Performance Criteria), adalah menjelaskan tingkat kinerja yang disyaratkan dalam hasil kerja
d.      Rentang Variabel (Range of Variables Statement), adalah kondisi atau konteks tertentu dimana kinerja dilakukan
e.       Pedoman Bukti  (Evidence Guide), adalah bukti-bukti adanya pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung kompetensi, konteks penilitian dan aspek-aspek kritis

Kriteria kinerja 1.1
 
Struktur standar kompetensi yang mencakup unit kompetensi, elemen kompetensi dan kriteria kinerja digambarkan dalam bagan alur pada gambar dibawah ini:
 






Gambar 1.1 Struktur Standar Kompetensi Jabatan

E.     Pengembangan SDM Terpadu
Suatu gagasan terbaru tentang konsep dan penerapan pengembangan SDM dalam organisasi diajukan oleh Noor Fuad dan Ghofur Ahmad pada tahun 2009 yang dikenal dengan ‘Integrated HRD’ atau penegmbangan SDM terpadu. Pengembangan SDM terpadu tersebut terdiri atas aspek-aspek sebagai berikut:
1.    Manajemen SDM Berbasis Kompetensi (Competency Based Human Resource Management)
2.    Manajemen SDM Berbasis Talenta (Talent Based Human Resources Management)
3.    Pelatihan Berbasis Kompetensi (Training Based Competency)
4.    Pusat Penilaian (Assesement Center)
5.    Pengembangan Profesional Berkelanjutan (Continuing Professional Development)

Selanjutnaya untuk lebih memahami tentang pengembangan SDM terpadu tersebut, maka kita akan bahas konsep dan prinsip pengembangan SDM terpadu berikut ini:
1.      Manajemen SDM Berbasis Kompetensi (Competency Based Human Resource Management)
Konsep manajemen berbasis kompetensi pertama kali diperkenalkan oleh David McClelland pada tahun 1973 yang menyatakan bahwa manajemen SDM berbasis kompetensi merupakan sekumpilan atau serangkaian pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta prilaku yang dimiliki individu karyawan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan secara profesional.
Manajemen SDM berbasis kompetensi diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian seluruh aktifitas SDM dalam organisasi. Proses pengambilan keputusan diambil berdasarkan pada kebutuhan kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam sistem manajemen SDM berbasis kompetensi, maka dijadikan fondasi yang memadukan fungsi-fungsi manajemen SDM yang meliputi perencanaan, rekrutmen, dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, kompensasi dan penghargaan sampai pada pengembangan karir dan pensiun.
2.      Manajemen SDM Berbasis Talenta (Talent Based Human Resources Management)
Konsep manajemen SDM berbasis talenta merupakan penegmbangan dari manajemen SDM berbasis kompetensi. Manajemen SDM berbasis talenta ditujukan untuk mengoptimalkan sistem pengembangan SDM melalui program penyiapan SDM berbakat yang memiliki kompetensi dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara profesional. Dalam hal ini setiap orang yang memiliki bakat tertentu akan dieksplorasi untuk mengisi suatu posisi tertentu sesuai dengan bakat yang dimiliki sehingga orang-orang tersebut mampu menghasilkan kinerja yang optimal dan mapu menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi.
Manajemen SDM berbasis talenta merupakan program persiapan kader kepemimpinan yang dirancang khusus untuk mendapatkan kader pimpinan organisasi dimasa mendatang.
Dalam konsep manajemen SDM berbasis talenta, bakat yang dimiliki para karyawan berbakat akan diasah sehingga mencapai bentuk yang sempurna. Kemudian dilakukan pengujian melalui beberapa penugasan khusus yang menantang, beresiko dan bertanggung jawab untuk mengetahui profil bakat yang dimiliki. Salah satu model manajemen talenta yang digunakan dalam perencanaan sistem karier dalam organisasi diperkenalkan oleh Berger dan Berger (2007) yaitu Talent Reservior. Talent Reservior merupakan model manajemen talenta yang ditujukan untuk membuat suatu penempungan karyawan yang memiliki bakat tinggi. Bakat yang tinggi tersebut sangat penting dalam mendukung organisasi saat ini dan masa yang akan datang.
3.      Pelatihan Berbasis Kompetensi (Training Based Competency)
Pengertian yang komprehensif tentang pelatihan berbasis kompetensi disampaikan dalam Training Magazine, Juli 1996 sebagai berikut:
A cluster of related knowledge, skill, and attitudes that effect a major part of one’s job (a rule of responsibility), that correlates with performance on the job, that can be measured againts well-accepted standars, and that can be improved via training and development’.
Pelatihan berbasis kompetensi menurut Sulipan (2007) adalh suatu cara pendekatan pelatihan yang fokus terletak pada apa yang dapat dikerjakan karyawan sebagai hasil dari pelatihan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi:
a.       Standart kompetensi yang dibutuhkanuntuk melaksanakan pekerjaan secara efektif.
b.      Identifikasi semua pengetahuan dan ketrampilan serta sikap kerja yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan berdasarkan standart kompetensi
c.       Mekanisme untuk mencapai pengetahuan dan ketrampilan serta sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar kompetensi
d.      Metode untuk menguji kompetensi
e.       Spesifikasi dari kompetensi yang telah dicapai.
Berikut kelebihan pelatihan berbasis kompetensi:
a.       Para peserta akan  mencapai kompetensi yang dibutuhkan dalam kinerja mereka
b.      Para peserta membangun kepercayaan begitu mereka berhasil menguasai kompetensi tertentu
c.       Para peserta menerima daftar atau transkrip dari kompetensi yang telah dicapai
d.      Waktu pelatihan digunakan lebih efektif dan efesien
e.       Lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja sama dengan para peserta secar individual atau kelompok kecil
f.       Lebih banyak waktu digunakan untuk mengevaluasi setiap kemampuan peserta dalam melakukan ketrampilan kerja yang esensial.
Sedangkan berikut keterbatasan pelatihan berbasis kompetensi:
a.       Tanpa pengenalan awal dan tindak lanjut bantuan yang diberikan kepada peserta akan terjadi kecenderungan mengajar seperti kita pernah diajarkan dan para pelatih dengan cepat berbalik menjadi pengajar tradisional
b.      Program akan seefektif proses yang digunakan untuk mengidentifikasi kompetensi.
c.       Program akan diklasifikasikan sebagai berbasis kompetensi, kecuali pendekatan dan materi.
4.      Pusat Penilaian (Assesement Center)
Dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan evaluasi canggih. Adapun metode yang dapat digunakan:
a.       Simulasi wawancara
b.      Pencarian fakta
c.       Analisis kasus tertulis
d.      Presentasi lisan
e.       Diskusi kelompok terpimpin
f.       In basket
g.      Permainan bisnis
5.      Pengembangan Profesional Berkelanjutan (Continuing Professional Development)
Pengembangan profesional berkelanjutan merupakan program pengembangan yang dilakukan secara terus menerus melalui program belajar sepanjang hayat yang dijadikan dasar untuk penguatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja serta prilaku. Tujuan pengembangan profesional berkelanjutan adalah untuk pemutahiran tingkat pengetahuan, ketrampilan, sikap kerja, dan prilaku yang dimiliki oleh karyawan, sehingga sejalan dengan kebutuhan lingkungan dan kebutuhan organisasi.

























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
struktur organisasi tradisional yang hierarkis telah digantikan dengan struktur organisasi modern yang cenderung berbentuk datar (horizontal) dan ramping (lean) serta berbentuk jaringan (network) yang lebih memberdayakan kerjasama kelompok. Pengembangan karir lebih didasarkan pada berbagai bentuk tugas-tugas dan bukan lagi urutan jabatan dalam organisasi. Dalam hal ini, karyawan akan bekerja dalam organisasi kluster dan setiap individu tidak lagi terkait dengan jenjang manajemen hierarkis. Organisasi yang bersifat kluster akan memberikan kebebasan dalam mencapai visi dan misi organisasi. Untuk mendukung keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, maka ada 4 persyaratan yang diperlukan yaitu, Misi, Kompetensi, Informasi dan Kultur. Pertama, Misi organisasi yang jelas merupakan persyaratan awal bagi keberhasilan organisasi mencapai tujuan.Kedua, kompetensi menunjukkan bahwa perhatian organisasi difokuskan pada kompetensi SDM. Apabila SDM menjadi factor penentu keberhasilan organisasi maka menjadi penting bagi keberhasilan organisasi .Ketiga, akses informasi yang mudah akan menentukan keberhasilan mencapai tujuan. Keempat, Kultur yang efektif dan transparan menjadi dasar dalam menenjalankan organisasi sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
B.     Saran
Prosedur pengembangan dan pelatihan karyawan yang telah ditetapkan haruslah terus dijalankan sesuai dengan hasil penetapan pihak perusahaan dan prosedur pengembangan dan pelatihan karyawan pun harus dilaksanakan secara jelas dan berkelanjutan guna meningkatkan kompetensi dan komitmen karyawan sehingga tercapai strategi bisnis perusahaan yang telah ditetapkan.
Bentuk pengembangan dan pelatihan karyawan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebaiknya diinformasikan secara jelas kepada karyawan, agar karyawan mengetahui program pelatihan mana yang akan diikutinya.
Hasil evaluasi program pengembangan dan pelatihan harus disampaikan secara transparan kepada karyawan yang mengikuti pelatihan, agar karyawan yang kurang berkompetensi dapat dan atau diwajibkan untuk mengikuti program pelatihan kembali.
Dengan adanya program pengembangan dan pelatihan karyawan diharapkan pihak perusahaan dapat melaksanakan pengembangan dan pelatihan karyawan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang ada dan begitu pula dengan karyawan.

DAFTAR PUSTAKA
Adie E. Yusuf & Suwarno. (2007).  “Modul Pengembangan SDM” Jakarta: Universitas Terbuka.














  










No comments:

Post a Comment